31 Mei 2012

untuk perokok ~> tuhan sembilan senti- Taufiq Ismail http://5menit.blogspot.com/2006/10/tuhan-sembilan-senti.html

if life was easy.. where would all the adventure be? #Noted

30 Mei 2012

Maafin ya bumiiil.. Aku baru makan :D

Rindu sudah taksabar ingin melompat ke jurang pertemuan, tapi dunia menagihnya alasan yg lebih dari sekadar bunuh diri.

waktu memang obat paling mujarab ^^

29 Mei 2012

SITAT


Aleia:

Aku bukan takingin menemanimu ke manapun kau ingin ditemani. Menemanimu adalah memanjakanmu bukan mendidikmu. Aku hanya akan menemanimu ke pemakaman. Nanti. Saat kau sudah takmampu melawan satu demi satu penyakitmu sendirian. Sebenarnya, itupun aku takmau. []

punya adik botak itu enak buat dikatain yah.. =))

Menikah: Berjuang Bersama

Beberapa waktu lalu saya mengobrol dengan salah satu teman yang baru resign dari pekerjaannya. Alasan terbesarnya berhenti bekerja adalah keterpisahannya dengan sang istri. Menurut saya keputusannya memang sangat tepat. Bayangkan, teman saya ini bekerja mobile Yogyakarta-Solo-Semarang-Surabaya. Dalam sepekan atau dua pekan, empat tempat itu harus ia sambangi. Tentu sangat sedikit waktu yang dapat ia isi bersama istrinya yang tinggal di Yogyakarta. Belum lagi sang istri adalah pegawai negeri yang sama-sama sering melakukan perjalanan dinas. Ada di mana kebersamaan yang menjadi tujuan utama pernikahan saat itu? Akhirnya ia memuntuskan untuk bekerja di Yogyakarta.


Beberapa pekan setelah ia resign, saya bercakap lagi dengan sahabat saya ini. Dia bercerita bahwa dalam sepekan ia akan melaksanakan turing Bandung-Jakarta. Dalam percakapan itu ia berujar, “Lagi lobi biar nyonya bisa diajak,” ujarnya. Ternyata keterpisahan itu tidak hanya disebabkan oleh pihak suami tapi juga oleh pihak istri. Pun ketika sang suami sudah resign, mereka belum bisa bersama karena sang istri masih terikat dengan rutinitas pekerjaan. Walaupun hasilnya tidak sama persis dengan harapan, mungkin paling tidak kebersamaan itu sudah diupayakan dan intensitas pertemuan bisa lebih banyak ketimbang ketika teman saya masih bekerja di tempat yang lama.


Pada waktu yang tidak lama saya juga bercakap dengan teman lain yang baru menikah dan sedang menjalankan studi magister di Malaysia. “Apa kabarmu dan istri? Sudah kembali ke Malaysia?” tanya saya. “Alhamdulillah baik. Ane sudah di Malaysia, istri sudah kembali ke Indonesia” Ujarnya. “Ho.. jadi istrimu nggak diajak ke sana?” saya bertanya lagi. “InsyaAllah sedang diikhtiarkan,” ujarnya.


Dua kisah ini dialami oleh dua teman saya yang baru menikah dan posisinya sebagai suami. Mereka mengusahakan kebersamaan dengan beberapa cara yang dapat diusahakan.


Kisah yang lain saya dapat dari teman halaqah yang tentu posisi mereka sebagai istri. Teman saya yang satu ini tinggal di Bandung dan suaminya bekerja sebagai pelaut. Selama 6 bulan suaminya melaut, setelah itu mendapat libur 2 bulan. Jadi, dalam 1 tahun mereka memiliki kesempatan bersama selama 4 bulan. Keterpisahan mereka jauh lebih lama ketimbang kebersamaan mereka. Sebagai seorang istri, teman saya bersedia ditinggalkan oleh suaminya yang sedang berikhtiar melaksanakan kewajibannya mencari nafkah untuk keluarga. Berdasarkan dua contoh sebelumnya, saya yakin suami teman saya ini pasti juga sedang mengusahakan pekerjaan lain yang dapat meminimalkan keterpisahan mereka.

***

Menikah itu berjuang bersama bukan hanya hidup bersama. Inilah simpulan sederhana yang saya dapat dari pengalaman tiga teman saya. Diusahakan sekeras apapun, keterpisahan itu pasti tetap ada. Saat benar-benar hidup bersama Senin – Minggu pun, seorang suami pasti berpisah dengan istrinya ketika bekerja. Sang suami pasti bekerja di kantor minimal dari pukul 08.00 s.d. 16.00. Jika pun sang suami adalah pembisnis, tetap saja ia harus melakukan marketing keluar rumah, tidak selamanya ada di rumah dan berkumpul bersama istri dan anak. Saya jadi teringat dengan ayah yang seorang pembisnis. Pusat bisnis ayah saya memang di rumah. Namun, tetap saja ada masanya ayah harus pergi ke luar rumah seharian. Ini menjadi bukti bahwa pada jenis pekerjaan apapun, keterpisahan pasti ada.


Begitupun sang istri, ada masanya ia mengantar anak ke sekolah atau bahkan menunggu anak disekolah. Ada juga masa ketika istri berbelanja sendiri tanpa perlu ditemani sang suami. Belum lagi biasanya lelaki mudah bosan dan enggan menemani istrinya berbelanja. Ini juga dapat kita kategorikan sebagai keterpisahan bukan? Ketika benar-benar bersama pun, suami-istri tentu tidak bisa terus menerus “gelendotan” berdua. Pasti akan muncul keterpisahan di antara mereka.


Kondisi di atas masih berkaitan dengan kehidupan keluarga pada umumnya. Tentu berbeda bagi keluarga-keluarga yang meniatkan pernikahannya sebagai keluarga da’wah. Ada masanya seorang suami harus mengisi halaqah. Ada masanya sang istri harus mengisi jalasah ruhiyah. Belum lagi daurah, mukhayyam, dan acara-acara yang berkaitan dengan kepentingan da’wah lainnya. Tentu amanah-amanah tersebut menuntuk hadirnya keterpisahan bukan? Keridhaan untuk ditinggalkan dan berjuang di ranah masing-masing adalah sesuatu yang harus disiapkan. Kebersamaan tidak lagi menjadi tujuan utama pernikahan. Berjuang bersama menjadi sesuatu yang diprioritaskan.


Di pondok Maqdis, kami dididik oleh Ustadz Saiful Islam dan Ummi Erna. Subhanallah, dalam sepekan ustadz mengisi kajian di beberapa radio, di televisi lokal, dan bahkan menjadi pembimbing umrah yang tentu ikut berangkat umroh. Beberapa waktu ini beliau mengisi daurah Quran di Brunai Darussalam. Tentu Ummi tidak ikut bepergian. Ia menjadi pemimpin rumah tangga di rumah, menggerakkan roda perekonomian rumah tangga. Tagihan listrik, telpon, keperluan dapur semua manajemen keuangannya diatur oleh ummi. Pihal-pihak luar yang akan mengundang ustadz untuk mengisi acara pun menghubungi ummi. Jadwal harian ustadz diatur oleh ummi. Belum lagi dalam sebulan ustadz bisa membimbing umarah dua kali. Ia lebih banyak beraktivitas di Makkah dan Madinah ketimbang di Indonesia. Kondisi ini pun melahirkan keterpisahan bukan?

***

Setiap orang punya kecemasan masing-masing, takterkecuali saya. Harus mengajar 3 tahun di universitas yang ditentukan DIKTI adalah sesuatu yang melahirkan keseraman tersendiri di benak saya. Mana ada suami yang mau ditinggal-tinggal oleh istrinya. Alih-alih bersedia menjadi suami, ikhwan-ikhwan pasti menolak sejak membaca proposal yang berisi pernyataan tentang keterpisahan ini. *ngenes banget bayangannya ahaha! Inilah kekhawatiran saya awalnya. Mana ada suami yang mau mengalah dengan terkesan “menguntit” istrinya. Di mana-mana, istri yang ikut suami bukan suami yang ikut istri. *jedeeeng!


“Tapi kan Allah Swt nyiptain satu orang spesial buat kamu Nda! Dia pasti mau nemenin kamu ke mana ajah.” Eciye ciyeee! Hati kecil saya membagi kegembiraan. Suami saya bukan orang yang menikah untuk kebersamaan. Dia meminang saya untuk sebuah perjuangan. Menikah itu bukan hanya untuk hidup bersama tapi juga berjuang bersama. Biarlah kami terserak di dunia tapi bisa bersama selamanya di surga Aamiin. Husnudzhan itu indah ^^9


*dari sini
** gambar hasil googling :D

28 Mei 2012

Operasi tumor bisa memungkinkan kemunculan kanker gak? *NanyaSerius

[semacam adegan India n Korea drama] Lari-lari ngejar bis kampus. Ada cowok di bis yang ngingetin supir buat berhenti. Aku duduk di tengah, dia di paling belakang. Lalu dia lenyap. The end :))

Nonton ujian disertasi linguistik bahasa Jepang --a

27 Mei 2012

Bosan saat bertemu itu biasa bagi orang yang takmengerti rasanya menunggu. #Noted

EMP4T #Sesuatu Tentang Aku



ditimpuk Dyas....
*Entah mengapa dia kepo tentang aku :))



1. Empat kerjaan/profesi yang pernah kamu lakukan :
a. penulis - 3 Buku GJ
b. sekretaris - Rumah Sehat Indonesia
c. newsroom majalah - Rumah Lentera
d. guru bahasa Korea - Les privat

2. Empat Profesi Yang ingin kamu lakukan :
a. best mother
b. scriptwritter
c. program director acara TV
d. dosen

3. Empat Tempat tinggal yang pernah di tinggali :
a. Denpasar - Rumah keluargaku
b. Tasikmalaya - Rumah Nenek
c. Jatinangor - Kosan pas ngampus S1
d. Bandung - Asrama Maqdis

4. Empat Negara/Daerah/tempat yang ingin kamu kunjungi :
a. Korea Selatan
b. Makkah & Madinah
c. Badar
d. Palestina

5. Empat Film yang paling kamu suka :
a. Titanic - tanggal bersejarahnya sesuwatu
b. Hamlet - shakespeare selalu puitis
c. Moment To Remember - alzheimer itu menyeramkan
d. Love Is Cinta - Selesaikan amanah sebelum mati

6. Empat lagu yang paling kamu suka saat ini :
a. Alhamdulillah - Maher Zain
b. The Creator - Samy Yusuf
c. -
d. -

7. Empat TV Show yang paling kamu suka saat ini :
a. OVJ
b. -
c. -
d. -

8. Empat buku terakhir yang kamu baca :
a. Derrida - Muhammad Al Fayyadl
b. Imagining Lara Croft - Audifax
c. Dunia Yang Dilipat - Yasraf Amir Piliang
d. Kiat Manajemen Waktu - Abdullah Gymnastiar

9. Empat Public Figur yang kamu suka saat ini :
a. Kuntowijoyo
b. Aa Gym
c. Saiful Islam Mubarak
d. Seno Gumira Ajidarma

10. Empat berita yang paling santer kamu dengar belakangan ini :
a. Pilgub Jakarta
b. Irshad Manji
c. Lady Gaga
d. Sukhoi

11. Empat hal yang tentang dirimu yang orang mungkin tidak tahu :
a. gak suka baca fiksi kecuali kumpulan puisi
b. punya [semacam] kebencian sama salah satu smartphone
c. suka mitologi Barthes
d. suka pergi-pergi sendirian

12. Empat Makanan yang sangat kamu inginkan belakangan :
a. Pepes Ayam - buatan mama
b. Nasi Goreng - buatan mama
c. Plecing Kangkung - buatan mama
d. Ayam mesre -buatan mama

13. Empat website yg sering dibuka :
a. fimadani
b. multiply
c. langitshabrina.com
d. google.com

14. Empat Home MPers yang paling sering kamu kunjungi :
a. nobita87
b. azizrizki
c. laelifajriyah
d.

15 Empat MPers yang ingin kamu ajak kopdar.:
a. Dyas - dyasbaik
b. Anty - cinderellanty
c. Kiki - azizrizki
d. Dyah - onezonemine

16. Empat MPers yang beruntung dapat tugas ini
a. Nurbarida Intan
b. Iyuk
c. Laeli
d. Dyah


catatan:

6 : Ringtone HP (sedang berusaha gak dengerin lagu kecuali gak sengaja denger)

7 : Gak bisa nonton TV. OVJ ~> calon objek penelitian tesis yang lagi bikin galau antara OVJ dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia - Taufiq Ismail

8 : Buku-buku Kajian Budaya Kontenporer yang dipakek buat ngerjain tugas kuliah.
    Buku Aa Gym yang lagi aku edit a.k.a gak suka menyengaja baca buku :))

14 : Jarang blog walking *akibat inbox disetting kontak doang






 

cemburu itu cappucino diseduh sama garem ;))

Belajar Merajut Bros


Karya pertama karena cuma punya benang ini awalnya


Pengen posting sesuwatu, tapi nggak ada bahan tulisan. Secara hari ini riweuh deadline editan buku. Akhirnyaaaaa posting hasil rajutanku yang sederhana ini. Semangat belajar lagi ^^9

26 Mei 2012

Kemarin aku udah lari2 gegare telat, ternyata gak ada dosennya. Hari ini adik sekamar lari2 gegara telat juga, baru masuk 5 menit kuliah udah beres. *kebiasaan buruk yg menular

25 Mei 2012

Apapun yang diberikan Allah kepadamu ada karena Dia tahu kamu butuh. Jika apa yang kamu dapat taksemisal apa yang didapat orang lain, yakinlah mereka butuh itu dan kamu tak butuh. #NtMS

Malem ini selembaaar aja Ya Robb.. *BerdoaSerius

baru nemu lagi,, seorang akhwat yang gak kuliah karena mencucikan baju sahabatnya yang bertumpuk di kamar mandi akibat amanahnya yang segudang. :')

Seorang Wanita Yang Menunggu Telepon Berdering


Jari-jari yang kukunya runcing itu kini memijit-mijit tombol, namun ia takpernah berani menyelesaikannya. Ia takpunya cukup keberanian untuk menghadapi kenyataan bahwa ia ingin bicara dengan seseorang pada malam selarut ini. Tangannya terus saja bergerak memijit tombol-tombol, tapi semuanya itu takpernah selesai. Pernah juga ia menyelesaikan nomor-nomor yang diingatnya, untuk segera ditutupnya begitu telpon di seberang diangkat. Ia tak cukup berani.








*kutipan dari kumcer Sebuah Pertanyaan Untuk Cinta [SGA]
** gambar dari sini


24 Mei 2012

ngantuk tapi tugasnya belum selesai T^T

Kalo ngebahas ilmu, istilah-istilah yg tabu juga harus diomongin biar yg nerimanya dapet ilmunya jelas. *jurnal lady gaga

Lady Gaga: Pornografi dan Komoditas Budaya Kapitalisme


Belum selesai kontroversi buku Irshad Manji yang menjadi penyulut pertentangan antara Islam dan kebudayaan di Indonesia, kini api pertentangan itu kembali disulut dengan kehadiran Lady Gaga. Indonesia sebagai negara yang notabene disebut “Timur” oleh negara-negara Barat akan didatangi oleh penyanyi popular yang menobatkan dirinya sebagai Mother Monster. Keanehan, ketidakbiasaan, dan keliyanan gaya berpakaiannya digadang-gadangkan sebagai simbol kreativitas diri dan manajemennya dalam berseni. Fashionnya yang menurut mayoritas orang timur –mungkin juga barat- terlihat aneh dan porno disebut-sebut  sebagai estetika baru yang merupakan bagian takterpisahkan dari kreativitas seni dan kebudayaan. Seksualitas dan erotisitas yang dieksploitasi dalam video clip lagu-lagunya dimitoskan sebagai kreativitas kontenporer yang modern. Lady Gaga menjadi mitos kemutakhiran selera musik seseorang. Jumlah followernya di twitter mengonstruksi dirinya menjadi mitos dalam dunia musik barat. Seolah, “Nggak tau lagu Lady Gaga berarti gak gaul! Gak bisa nyanyi lagu Lady Gaga berarti bukan penikmat musik sejati.” Padahal lagi-lagi Lady Gaga hanyalah komoditas dari sebuah upaya budaya kapitalisme untuk mempraktekkan politik tubuh.


Komoditas politik tubuh yang mewakili budaya kapitalisme ini kini akan dipertontonkan di Indonesia. Ribuan penonton yang mayoritasnya adalah remaja akan merogoh sakunya –saku orang tuanya- untuk menonton seksualitas, erotisitas (baca: pornoaksi) Lady Gaga ini bulan depan. Filter sosial budaya Indonesia yang “Timur” bekerja keras menghadapi ini. Ormas, tokoh agama, politikus, mahasiswa, dan berbagai elemen masyarakat sebagai filter menolak kedatangannya ke Indonesia. Penolakan ini dilakukan karena penampilan Lady Gaga di panggung sudah melampaui batas-batas moral, norma, etika, budaya, adat, tabu, dan agama yang ada di Indonesia. Karena Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, penentang terbanyak pun adalah ormas, tokoh agama, politikus, mahasiswa, dan berbagai elemen masyarakan yang berlatar Islam. Majelis Ulama Indonesia pun ikut menanggapi karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Namun, penolakan ini selalu dipertentangkan dengan estetika kebudayaan kontenporer. Seolah elemen-elemen masyarakat yang menolak ini fanatik dan tidak mengerti estetika seni kontenporer. Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia dituduh tidak ramah terhadap budaya kontenporer. Kebhinekaan yang ada di Indonesia selalu dijadikan kambing hitam oleh pihak-pihak yang merasa paling tahu tentang estetika seni. Bali, koteka, dan keterbukaan pakaian-pakaian adat daerah dijadikan alasan basi tuduhan terhadap Islam.


Kondisi ini mewajibkan kita untuk kembali membuka catatan yang ditulis oleh Yasraf Amir Piliang tentang “Libidosophy: Kapitalisme, Tubuh, dan Pornografi”. Dalam tulisan tersebut pakem-pakem yang digunakan oleh budaya kapitalisme untuk mempertontonkan tubuh perempuan dipaparkan. Benarkah Lady Gaga adalah komoditas budaya kapitalisme? Dalam kacamata budaya kontenporer, apakah estetika yang diperlihatkan oleh Lady Gaga adalah pornografi? Apakah alasan moral, norma, etika, budaya, adat, tabu, dan agama yang diajukan oleh elemen-elemen masyarakat Indonesia bisa dibuktikan dari sisi kebudayaan? Tulisan singkat yang banyak mengutip pendapat Yasraf ini akan memberi sedikit sudut pandang baru kepada kita tentang Lady Gaga dari kacamata budaya kontenporer.


Sistem Budaya Kapitalisme: Pronografi dan Lady Gaga

Berbicara perempuan dan pornografi akan membawa kita pada pembahasan sistem kebudayaan yang kental dengan pronografi dan eksploitasi perempuan di dalamnya. Salah satu sistem budaya yang di dalamnya perempuan (tubuh, tanda, dan hasratnya) dieksploitasi adalah sistem budaya kapitalisme. Kapitalisme yang di dalamnya inheren ideologi patriarki menjadikan perempuan sebagai komoditas melalui pornografi. Tidak hanya sebagai komoditas, tubuh perempuan pun dijadikan metakomoditas yaitu komoditas yang digunakan untuk menjual (mengkomunikasikan) komoditas lain melalui potensi fisik, tanda, dan hasratnya.


Lady Gaga menjadi salah satu wakil dari komodifikasi hasrat perempuan. Libido perempuan dipertontonkan dan dijadikan ajang eksploitasi ekonomi. Sebagai contoh, dalam video clip Alejandro, Lady Gaga menjadi tanda bagaimana libido perempuan disalurkan, digairahan, dikendalikan atau dijinakkan. Dalam video clip ini Lady Gaga tentu tidak sedang menjual hasratnya. Hasratnya dijadikan objek psikis yang dipertukarkan untuk memproduksi hasrat seksual penontonnya agar tertarik melihat video clipnya. Efek paling diincar sebenarnya hanyalah agar selanjutnya para penonton menonton video clip ini berkali-kali, mendengarkan lagunya, dan mendatangi konsernya.


Secara ideologis, video clip Alejandro ini digadang-gadang sebagai representasi perlawanan perempuan terhadap ideologi patriarki melalui estetika tarian. Hubungan fisik antara laki-laki yang dipertontonkan dalam tarian dilihat sebagai relasi sosial antara laki-laki dan perempuan. Perempuan sebagai second sex yang lemah, pasif, tidak berdaya dipertontonkan sebagai bagian yang justru sebaliknya. Dalam video clip tersebut Lady Gaga memperlihatkan penguasaannya terhadap fisik penari laki-laki. Perlawanan terhadap ideologi patriarki ini dipertontonkan dalam pornografi sebagai arenanya. Walaupun secara implisit adegan ini adalah kemenangan perempuan sebagai entitas sosial budaya, tetap saja perempuan  menjadi objek komoditas.


Perlawanan ideologis ini tidak selamanya akan ditangkap langsung oleh para penonton yang ada di Indonesia. Penyuka Lady Gaga di Indonesia yang notabene remaja tidak berkepentingan dengan perlawanan perempuan-perempuan di Amerika Serikat terhadap ideologi patriarki. Citra yang tertangkap dalam benak remaja hanya hasrat seksualnya saja bukan nilai estetik sebuah tarian. Gerakat-gerakan estetis sublim menjadi hilang. Yang tertangkap hanyalah gerakan erotis, sensual, seksual yang hanya menghadirkan kesenangan visual yang segera dan rendahan. Ketidaksamaan frekwensi ideologi ini menjadikan estetika Lady Gaga yang diagungkan di Amerika Serikat menjadi estetika kitsch di Indonesia.

 
Lady Gaga: Estetika Kitsch

Terlepas dari simbol-simbol ideologis Kabbalah dan Illuminati yang dibawanya, dari pembacaan paling luar terhadap tarian, gaya berpakaian, dan video-video clipnya, Lady Gaga telah menjadi bagian dari penjual estetika kitsch. Secara sederhana, kitsch merupakan salah satu bentuk selera rendah (bad taste) atau sampah artistik disebabkan rendahnya standar estetika yang digunakan. Pornografi yang dipertontonkan di dalamnya bukan nilai estetika sublim melainkan nilai erotisme, sensualitas, dan seksualitas yang dapat memprovokasi hasrat penontonnya. Pornografi dianggap menjadi bagian dari selera rendah karena secara etimologi istilah porno dalam bahasa Yunani berarti prostitusi pada tingkatan yang paling rendah. Dari kualitas tanda pun, estetika Lady Gaga menjadi representasi dari selera rendah karena terjadi pendangkalan kualitas tanda melalui bombardir detail tubuh perempuan.


Dalam konteks semiotika atau ilmu tanda, setiap tanda mempunyai nilai berdasarkan kemampuannya menghasilkan makna. Ferdinand de Saussure menyebutkan bahwa, “Nilai sebuah kata atau teks terutama atau pertama-tama dinilai dari kemampuannya merepresentasikan gagasan, ide, atau konsep tertentu.” Tidak bisa dipungkiri, video clip Lady Gaga sebagai konstruksi simbol Kabbalah dan Illuminati memiliki nilai yang amat tinggi. Namun, jika gestur, kostum, dan koreografi dipandang sebagai sebuat teks, penonton awam hanya dapat menangkap makna erotis, sensual, seksual, dan libidialnya saja. Nilai semiotik dalam teks lagu dan video clip Lady Gaga menjadi sangat rendah.


Lady Gaga dan Budaya Timur

Di negara-negara kapitalis, tubuh perempuan akan menjadi bahan kreativitas yang semakin lama akan semakin melampaui batas-batas moral, norma, etika, budaya, adat, tabu, dan agama. Keuntungan sebesar-besarnya akan diraup oleh negara kapitalis dan efek negatif dari gerakan komodifikasi ini akan merusak moral negara-negara konsumennya, tidak terkecuali Indonesia. Remaja penggemar Lady Gaga mengalami penggiringan otak dengan dominasi muatan sensualitas. Otak mereka didominasi oleh fantasi dan imajinasi seksual. Hal ini dapat merusak kerja otak dan menurunkan nilai moralitas. Di masa depan, peran negara tidak lagi dapat diharapkan dalam mengatur dan mengendalikan berbagai aspek sosial, termasuk komoditas. Negara akan semakin kehilangan kedaulatan dalam mengatur arus globalisasi ekonomi, informasi, dan budaya. Untuk itu, upaya untuk menggerakkan berbagai kekuatan elemen masyarakat seperti ulama, komunitas warga, kekuatan intelektual, kekuatan profesi, diharapkan dapat menghambat kecenderungan mekanisme ekonomi-politik kapitalisme.

Filter kebudayaan di Indonesia sebagai wakil dari budaya timur kini sedang bergerak. Dialog antara pihak yang pro dan kontra terhadap konser Lady Gaga ini sedang berlangsung. Dari pandangan budaya, ternyata pornografi yang menempel pada konsep estetika Lady Gaga memang harus diwaspadai. Tidak hanya karena melampaui batas-batas moral, norma, etika, budaya, adat, tabu, dan agama yang berlaku di Indonesia tapi juga karena telah mengeksploitasi tubuh perempuan yang membuka ruang perkembangbiakan pornografi secara tanpa batas, tanpa kendali, dan bahkan nantinya akan melampaui akal sehat. []


Bibliografi:
Amir Piliang, Yasraf. 2010. Dunia Yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Bandung: Matahari.

23 Mei 2012

mindahin blog ke website bikin galau yah.. apalagi themenya wp >,<

22 Mei 2012

[nge-test orang Jawa] Apa yang dimaksud "Islam Abangan" ?

Astaghfirullah..

25 Juni - 17 Agustus 2012 libur semester. Disambung libur Ramadhan *.* what will you do Nda?!

21 Mei 2012

hari pertama jadi editor buku-buku Aa Gym di sms tauhiid ^^9

Jangan khawatir dengan doa-doa yg belum dikabulkan, karena Allah mengakhirkan doa-doa hamba yang dicintai-Nya. Ia mengakhirkan pengabulan doa karena menyukai hambaNya saat mengulang-ulang doa. ^^

20 Mei 2012

Dari yg sendiri jadi berdua. Dari yg berdua jadi bertiga, berempat, berlima. Gmn rasanya ya? *Baru ditelpon 3 keponakan nan lucu dg teriakan mereka. #BikinGalau --a

19 Mei 2012

Berita Pernikahan*


"Hal  yang paling menyedihkan adalah merasa sedih dan kehilangan sesuatu
yang tidak pernah kita miliki" (shabira ika)

Berita pernikahan itu menggetarkan hatinya, mengoyak penantian rumpangnya yang hari demi hari ia tambal dengan harapan akan berubahnya sebuah keputusan. "Bukankah doa dari hati yang ikhlas dapat membuat-Nya mengubah ketetapan? Bukankah bersama doa selalu ada pengabulan di belakangnya?" Ia kembali meyakinkan diri.

Berita pernikahan itu membuat hatinya penasaran. "Dengan siapa lelaki berperawakan jangkung itu akan melayari samudera kehidupan barunya?" "Siapa perempuan yang membuatnya menjadi lelaki paling pemberani, memutuskan satu langkah besar? Dengan siapa ia akan melangkahkan kakinya ke Surga?"

"Sudah! Jangan kau garami lukamu!" ujar salah seorang sahabatnya.

"Aku hanya penasaran," ujarnya tanpa bisa membendung tetesan lembut dari matanya.

Lelaki sahaja itu memang masih muda tapi ilmunya sudah jauh melebihi usianya. Kapasitas manfaatnya sudah merambah jauh, ribuah kilometer dari desa tempat tinggalnya. Tidak ada satu perempuan pun yang berani menolaknya. Namun, apalah daya seorang perempuan. Bagaimana bisa menolak jika dipilih pun tidak. Air matanya kembali menetes saat mengenal masa-masa perkenalan dengannya. Bertemu pun tidak, tapi karya-karyanya membuat perempuan itu dan setiap orang ingin lebih mengenalnya.

Berita pernikahan itu semakin jelas kebenarannya. Lelaki cerdas itu mengaku bahwa dirinya telah melamar seorang perempuan. Tentu bukan perempuan itu yang sedang berselisih dengan waktu agar ia berhenti saja atau kembali ke masa lalu.

"Nampaknya yang terpilih adalah perempuan yang sekantor dengannya," ujar perempuan itu.

"Mungkin," jawab salah satu temannya takbegitu yakin.

Berita ucapan selamat atas kelancaran pernikahannya dengan perempuan itu sudah mulai berdatangan. "Mereka memang satu kantor, satu pekerjaan, satu perjuangan, pantaslah jika dinikahkan." ujar perempuan itu. Namun, pengumuman yang pasti tentang pernikahan itu belum juga muncul. Rasa penasaran semakin menggerogoti keyakinannya pada penantian.

Berita pernikahan itu memang benar adanya. Tuhan telah menggenapkan penantiannya. Ia menyudahinya, semua yang terjadi sudah tertulis di buku-Nya. Tinta sudah mengering, waktu sudah bergulir, air mata sudah menetes. Kini saatnya perempuan itu menyeka air matanya dengan tangannya sendiri.

***
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab-Nya (Lauhl Mahfudz) sebelum Kami mewujudkanya. Sunggu yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati atas apa yang luput dari kamu dan tidak terlalu gembira atas apa yang telah diberikan-Nya kepadamu...(Al Hadid 22-23).











*belajar bikin FF ^^8
** foto dari sini

Nyuci baju 3 ember itu bikin tangan halus >.< *ngayal

18 Mei 2012

*Tentang Pilihan


Kehidupan ini tak selalu memberikan kita pilihan terbaik. Terkadang yang tersisa hanya pilihan - pilihan berikutnya. Orang yang bahagia selalu berpegang pada pilihan kedua yang terbaik, melupakan pilihan pertama yang tak bisa kau capai _TereLiye

Bagaimana dengan ungkapan langit? "Kamu tahu, pilihan pertama yang sejati ialah yang terus diperjuangkan. Bila aku harus memilih pilihan kedua, setidaknya bukan aku yang salah karena menyerah, tapi dia yang mulai lelah dan menghentikan semua"..:)









* dari sini
**foto tetap jepretan teh Nina

Sekolah Ibu DPC PKS Batununggal




17 Mei 2012

Rihlah ke Taman Lalu Lintas

15 Mei 2012

pertemuan adalah kemewahan buatmu, dan kamu belum layak mendapatkan kemewahan itu. #NtMS

ada yang punya "Hadapilah" Shautul Harokah gak? Minta linknya dung or kirim ke imel :D

14 Mei 2012

Membaca Ulang Kaca Spion dan Masa Lalu [edited] Semoga lebih enak dibaca ^^ http://langitshabrina.multiply.com/journal/item/173/Membaca_Ulang_Kaca_Spion_dan_Masa_Lalu

13 Mei 2012

Akhirnya jadi juga nonton pelem 4 dimensi di IBF. Kesenggol-senggol ikan2 di laut, tubrukan sama kumbang2 :))

Membaca Ulang Kaca Spion dan Masa Lalu


Spion dalam Konvensi

Jika hidup diumpamakan dengan sebuah perjalanan, kisah hidup kita adalah sebuah mobil yang sedang kita kendarai. Sudah menjadi sebuah pemahaman umum bahwa masa lalu diidentikkan dengan kaca spion, masa kini dan masa depan diidentikkan dengan kaca besar yang kita pandangi di depan. Kaca spion diciptakan kecil karena melihat masa lalu hanya cukup sesekali saja. Akan sangat berabe jika kaca spion diciptakan dalam bentuk yang menyaingi kaca depan mobil kita. Kita akan sibuk melihat ke belakang dan tidak akan pernah berani maju. Sebaliknya, kaca depan mobil kita diciptakan besar karena inilah realitas yang sebenarnya. Yang harus kita hadapi adalah masa kini. Kaca depan diciptakan besar agar kita tahu detail apa yang harus kita lakukan terhadap masa depan. Demikianlah konvensi dasar tentang kaca spion dimetaforkan.


Bukan Masa Lalu Tapi Rival Perjalanan

Beberapa saat lalu, dalam sebuah perjalanan di jalan TOL, mata saya terfokus pada kaca spion. Saya amati supir yang sedang mengendarai mobil. Sesekali ia melihat spion sebelah kiri, dan kanan. Pada saat mengemudi, kaca spion kiri dilihat untuk mengetahui adakah mobil lain yang berkemungkinan tertabrak apabila mobil yang kita kendarai akan merapat stabil ke lajur kiri. Sebaliknya, kaca spion kanan dilihat untuk mengetahui adakah mobil yang berkemungkinan tertabrak apabila mobil akan dilajukan lebih cepat di lajur kanan.  Dengan demikian, yang menjadi pusat adalah mobil-mobil lain yang ada di sekitar perjalanan kita, bukan jalan yang telah kita lalui sebelumnya. Lantas, masih benarkah metafora kaca spion sebagai wakil masa lalu?

Saat mengendarai mobil, kita melihat kaca spion bukan untuk melihat jalan yang ada di belakang kita sebagai sesuatu yang pernah kita lalui bukan? Kita tidak pernah ambil peduli dan berkata “oh, jalan itu pernah saya lalui.” Kita tidak pernah ambil peduli dengan mobil-mobil yang sudah kita salip di belakang. Kita hanya mengamati, berhati-hati terhadap mobil yang mungkin tertabrak atau bahkan menyalip kita. Dari pembacaan ini, kaca spion tidak berkorelasi dengan masa lalu. Ia justru berkorelasi dengan saingan-saingan atau kasarnya bisa kita sebut rival seperjalanan kita. Saingan atau lawan ini bisa manusia atau tantangan-tantangan yang lahir dari diri pribadi atau berbagai pihak.

Masukan dan Persepsi Orang Lain

Kaca spion adalah ringkasan sesuatu yang takterjangkau oleh pandangan mata kita. Ia hadir realtime dan yang kita saksikan di kaca spion pun realtime. Bahkan, pada sebuah spion ada tulisan, “object in the mirror are closer than they apper.” (baca: objek dalam cermin lebih dekat dari aslinya). Realitas yang realtime itu dibuat lebih dekat dan lebih ringkas dari apa yang mungkin kita lihat dengan pandangan mata.  Saat saya tanyakan kepada supir tentang spion mana yang lebih ia pentingkan antara yang kiri dan kanan, ia berkata “bagi saya, spion kanan lebih penting.” Spion kiri untuk melihat kondisi jalan dan kendaraan di jalur kiri ketika akan berjalan santai di jalur kiri. Spion kanan digunakan untuk melihat adakah mobil yang berkemungkinan tertabrak atau menghalangi kita di lajur kanan ketika akan melaju. Yang jadi pusat dari kaca spion tetap masa depan. Spion kanan menjadi penting karena ia membantu mobil melaju lebih cepat di lajur kanan. Spion atas pun demikian. Ia tidak diciptakan untuk melihat lekat jalan yang kita telah lalui. Dia digunakan untuk melihat adakah mobil yang akan tertabrak atau akan menyalip kita. Gambar yang ada pada spion memberi kita referensi untuk tetap di lajur kiri atau melaju ke lajur kanan. Jika merasa takaman melaju, kita pasti memilih tetap di lajur kiri. Jika merasa ada peluang untuk mempercepat perjalanan, kita memilih lajur kanan.

Dari sini kita dapat menganalogikan spion sebagai masukan dari orang lain di sekitar kita. Dalam hidup, spion seperti kritik, pandangan orang lain tentang sisi hidup yang luput dari perhatian kita. Ia terlihat lebih dekat dan lebih ringkas. Orang lain memang tidak tahu detail kita. Mereka hanya tahu kita dari apa yang kasat di mata mereka. Kritik dan masukan dari mereka seperti pantulan gambar yang ada pada spion. Kita bebas menyikapinya. Jika merasa masukan itu memberi sinyal bahwa melanjutkan sebuah keputusan takaman untuk masa depan, kita bisa menangguhkan langkah dan tetap pada posisi awal. Namun, jika masukan atau kritik memberi gambaran keberhasilan, kita dapat melanjutkan langkah dan maju terus. 

Putusan Ada Pada Kita bukan Pada Spion

Dalam kaca spion, kita melihat segala sesuatu secara terbalik. Mobil yang melaju dari belakang seolah datang dari depan dalam spion. Namun, kita sudah memiliki konvensi bahwa yang terlihat datang dari depan, sebenarnya ia datang dari belakang.  Spion sejajar dengan kaca besar yang ada di hadapan kita. Bedanya, kaca depan adalah realitas dan kaca spion adalah hal-hal yang bisa mendukung kita dalam menghadapi realitas itu dengan lebih cepat. Kaca spion adalah persepsi baru tentang sesuatu. Ia adalah sesuatu yang ada di luar diri kita. Dalam hidup, spion seperti persepsi orang lain tentang kehidupan kita, tentang kita, atau tentang masa depan kita. Namun, yang memutuskan sikap atas persepsi, masukan, kritik dari orang lain tetap diri kita sendiri. Ia hanya pemantik, seberapa besar api yang akan dihasilkan, semua ada di tangan kita.

Dengan demikian spion bisa melahirkan pandangan kita tentang tantangan hidup. Ia melahirkan pandangan kita tentang bagaimana menghadapi kaca besar di depan kita yang bernama masa depan. Persepsi orang yang berupa masukan, kritik, cacian bisa kita kapitalisasi menjadi sebuah energi untuk mewujudkan cita-cita. Rasanya akan sama dengan ketika kita berhasi menyalip atau melalui satu demi satu mobil yang ada di samping kiri atau kanan kita. Rasanya akan sama dengan ketika kita berhasil melihat jalan kosong di depan kita setelah berhasil melalui satu persatu mobil yang menghalangi jalan kita. 

Tidak jarang ada orang yang melepas kaca spion kendaraannya. Ini dilakukan oleh pengguna motor biasanya. Orang-orang yang demikian bernyali besar menghadapi perjalanannya di jalan raya. Namun, banyak orang yang perjalanannya tersendat karena tidak ada spion. Inilah yang menjadi bukti bahwa persepsi orang lain terhadap kita dan kehidupan kita juga penting. Masukan, kritik, cacian, adalah sesuatu yang bukan pusat tapi tetap harus ada dalam kehidupan kita. Bila kita merasa takmembutuhkan itu, berarti kita sudah merasa bernyali besar untuk menghadapi hidup dan meraih cita-cita sendirian tanpa pemantik dari orang lain. Kita bebas memilih: menggunakan spion atau melepasnya. []





*Mendekonstruksi konvensi memang sulit, sesulit menulis jurnal ini agar dapat dipahami. Afwan jika masih sulit dipahami 
**foto dari sini

12 Mei 2012

jika harus ada yang beranjak karena lelah dan menyerah, pasti bukan aku. #Sikap

Mutabaah keluarga pada ngebahas anak n suaminya *nunduk di pojokan #Melingkar

11 Mei 2012

Hati takbisa berbohong pada hati lain. Apalagi pada dirinya sendiri. #Noted

10 Mei 2012

10 Mei: Tentang Kehilangan Yang Amat Biasa


Setiap tahun berganti, pasti ada saja perubahan yang kita alami. Ya, perubahan adalah keniscayaan bukan? Begitupun hidupku tahun ini. Inilah dia yang amat sangat baru. Ada yang hilang, dan ada yang datang. Yang lama pergi dan yang baru datang. Tempat tinggal baru, kehidupan baru, teman-teman dekat baru, kebiasaan baru, tentu dengan peristiwa baru juga.

Sepuluh Meiku, pagi ini genap seperempat abad aku bernafas, terima kasih telah membersamaiku, telah bersedia menjadi satu penanda keberadaanku di dunia. Seperempat abad ini, sudah jadi apa aku? Ini pertanyaan yang belum bisa aku jawab sampai kini. Semua benar-benar baru aku titi, mungkin masih pada anak tangga pertama. Biarlah tahun ini jadi sebuah awal titian itu bermula.
Pagi tadi amat biasa. Aku awali hari dengan talaqi kepada ustadzah Zahra. Ini kehidupan baruku tahun ini. Selepas talaqi sebuah SMS datang dari sebuah nama di handphoneku: Pak Setiawan Sabana.

Selamat ulang tahun, semoga panjang usia, sehat, tambah pinter, banyak rizki, n dalam lindungan-Nya. Aamiin. SS.

Inilah sebuah doa perdana yang dikirim seorang profesor, dosen mata kuliah Teknologi Seni yang tanggal kelahirannya sama denganku. Itulah keistimewaan beliau yang aku temukan. Semakin tinggi ilmunya, ia semakin perhatian terhadap detail. Salah satunya perhatiannya terhadap hari ulang tahun ini. Saat mengetahui kesamaa tanggal ulang tahun ini, ia bercerita tentang usianya yang sudah beranjak 61 tahun. Katanya, “berbicara tentang ulang tahun bagi orang seusia saya, berarti sedang berbicara tentang keberakhiran. Merayakan hari ulang tahun berarti merayakan pertemua dengan kematian.” Berdasarkan percakapan dengannya, akhirnya aku membalasnya:

Aamiin.. Terima kasih Pak.. Begitupun Bapak.. Semoga selalu sehat, diberkahi Allah, dan tetap produktif berkiprah di dunia seni. Rasulullah Saw. Mendapat wahyu tentang jihad pada usia 60 tahun. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari angka 61 Pak. Semangat!

Balasanku ini membuahkan balasan dari beliau, “Linda ini Taurus banget!” Kawan, apa artinya? Aku juga kurang tahu. Mungkin karakterku mirip karakter banteng kali ya. Semoga karakter-karakter positif yang menempel pada diri ini. Walaupun tentu tidak ada hubungan kausalitas antara Mei dan Taurus.

Pagi beranjak, datang pula doa dari Wiwit, Kucay, Rumah Zakat, Ayon, Wina, dan yang lainnya. Semuanya berisi tentang doa keberkahan usiaku. Jazakumullah untuk doa-doa kalian. Semoga usia kalian pun berkah dan diisi dengan ketaatan kepada-Nya. Doa kalian adalah tanda kehadiran kalian hari ini. Terima kasih telah mengingat tanggal biasa ini.

Sepuluh Mei kali ini biasa saja dan aku berazam untuk menjalaninya dengan biasa saja. Tidak perlu membisu jika sadar pada hari-hari sebelumnya aku banyak bicara. Bukankah aku yang hari ini adalah hasil dari aku hari kemarin. Amat lucu jika hari sebelumnya aku cerewet, hari ini pendiam, lantas esoknya aku kembali cerewet. Hari ini memang biasa saja. Ada doa dari Mama dan Bapak tentang kesehatanku, kepintaranku. Huffh! Entah mengapa, doa agar semakin shalihah lebih menggiurkan daripada doa semakin pintar. “Pak, doain biar hafalan Dida selesai secepatnya,” kataku memaksa. “Iya, kamu harus semangat!” kata Bapak. Bahkan telpon dari mereka aku angkat di angkot dalam pernjalanan ke kampus. Ah.. hari ini memang kunobatkan sebagai hari yang harus menjadi biasa saja.

Dalam titian menuju angka ganjil ini aku belajar terbiasa dengan keganjilan. Aku belajar menghadapi keganjilan sebagai sesuatu yang biasa. Setahun kemarin ada doa yang dikabulkan, pun ada doa yang belum dikabulkan. Setahun kemarin ada kenyataan yang sesuai dengan harapan, ada kenyataan yang amat jauh dari harapan. Saat dihadapi dengan berlebihan, heboh, sibuk dengan rasionalisasi ikhtiar pribadi, akhirnya hanya akan menghabiskan energi dan kelelahan hati. Jalan terbaik adalah menghadapi semuanya dengan biasa saja. Tidak ada pelarian, tidak ada kontemplasi ke tempat-tempat yang difavoritkan.

Bagiku tahun ini, asrama tahfidz adalah tempat terbaik. Jika ada keganjilan yang terasa berat dipikul, aku harus bisa menghadapinya di sini. Tidak perlu pergi ke gunung, ke stasiun, ke perpustakaan, atau kemanapun yang dulu pernah aku tengarai sebagai tempat sakral yang dapat mengobati kebimbangan tentang masalah yang menimpaku. Jika ada keganjilan yang menyesakkan dada, aku harus bisa menghadapinya dengan bercerita cukup kepada-Nya. Biarlah orang-orang sekitar hanya tahu permukaannya saja. Hal-hal detail hanya Allah yang boleh tahu. Tidak ada lagi sesi curhat dengan manusia. Semuanya tumpah cukup kepada-Nya saja. Itulah mengapa tidak ada orang yang aku jadikan teman dekat kini. Semuanya menjadi teman biasa-biasa saja. Karena yang kualami tahun-tahun sebelumnya, ternyata manusia hanya mampu menjadi tempat menumpahkan masalah, takmampu menciptakan solusi. *Atau kadang, solusinya takmampu aku jalani.

Dialah Allah yang selalu memberikan solusi, Maha Memaksakan solusi-Nya dan membuatku diam kaku menerima solusi yang Ia kehendaki. Pada setiap ikhtiar yang dengan culas aku ajukan kepada-Nya, Ia jawab dengan kehendak yang menyadarkanku bahwa aku hanya mahluk. Kehendak itu mau tidak mau, suka tidak suka harus dihadapi dengan hati pasrah dan sadar bahwa diri ini hanya mahluk lemah, takberdaya di hadapan Khaliq. Hadapi saja! Itu yang akhirnya muncul di benak. Kesuksesan, keberhasilan, semuanya dihadapi dengan kesyukuran. Kehilangan, keterpisahan, ketaksesuaian, semuanya pasti menyimpan sesuatu yang akan berujung manis. Jika pun memang takberujung manis, mampu menghadapinya dengan tenang dan biasa-biasa saja sudah cukup buatku.

Apapun, pasti berlalu. Apapun pasti terlalui. Sama seperti hari ini. Dan besok akan menjadi tetap biasa-biasa saja. Hari ini, besok, tahun depan, lima tahun ke depan, semuanya akan terlalui dan menjadi biasa-biasa bukan? Kini, menjadi istimewa itu adalah ketika aku bisa menghadapi apapun yang berkaitan dengan dunia sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab lauh mahfudz sebelum Kami mewujudkanmu. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira  terhadap apa yang direrikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membangkang,” (Al Hadid: 22-23).






*foto jepretan teh nina

9 Mei 2012

dua mata ini harus istirahat >,<

jika takjeli memilih referensi, dosen akan kalahcerdar dari mahasiswa #noted

8 Mei 2012

Sore tadi ngeliat akhwat dg toga bergaris dua d tangannya, berfoto bersama suami dan putrinya yg masih balita #Melow

Imaji Visual Beberapa Sajak Toffan Ariefiadi Dari Permukaan


PROLOG:
Jika rindu adalah sebuah kertas, bagai seorang ahli origami kau melipatnya menjadi dua, tiga, empat, dan seterusnya, sampai pada satu titik kertas itu tidak dapat dilipat lagi, bagaimanapun upaya yang kau lakukan. Kertas itu takdapat dilipat lagi karena ia memiliki batas struktur yang menahan perubahan dirinya.

*Meminjam Metafora Yasraf Amir Piliang

Dengan menyebut nama Roland Barthes yang berkata bahwa setelah karya diciptakan, pengarang telah mati.




Imajinasi, Metafora, dan Pemaknaan: Sebuah Pengantar

Pada awalnya imajinasi hanya milik Tuhan. Ia ciptakan seluruh mahluk dan memberi metafora-metafora atas mahluk-mahluk tersebut. Ya, makna awal metafora adalah penamaan. Ketika Tuhan menamai mahluknya, pada saat itulah Ia sedang bermetafora. Tuhan mengajari Adam untuk mengingat metafora-metafora tersebut. Sejak itulah bahasa menjadi familiar di kalangan manusia. Penamaan digunakan untuk meringkas semesta menjadi lebih mudah dibawa kemana pun kita berada. Bahasa telah membebaskan manusia dari kungkungan benda fisik dan merangkum hal-hal tidak ada menjadi ada. Dengan bahasa kita tidak perlu membawa “binatang berkumis, berkaki empat, berbulu indah, penyuka ikan,dll” untuk mewakili kata kucing. Cukup dengan mengatakan “kucing” konsep tentang “binatang berkumis, berkaki empat, berbulu indah, penyuka ikan,dll” telah muncul di benak kita. Bahasa menjadi gambaran dunia. Pada tahap ini metafora-metafora itu bersifat kognitif, satu nama untuk satu konsep. Kita mengenalnya dengan makna denotatif.

Setelah segala hal telah memiliki makna denotatifnya, Tuhan meminjamkan hak berimajinasinya kepada penyair. Dalam bersastra penyair mengubah realitas objektif menjadi realitas baru sesuai dengan latarbelakang penciptaan karyanya. Penyair memciptakan metafora-metafora baru atas sesuatu yang kita kenal dengan makna konotatif. Di satu sisi, dalam bersyair, ilmu tentang metafora adalah ilmu tentang dusta. Hal-hal yang denotatif dikemas menjadi bentuk-bentuk lain yang konotatif. Dimensi yang disajikan sangat berkaitan dengan emosi penyair yang kerap sangat jauh dari makna denotatifnya. Di sisi lain, ilmu tentang metafora adalah ilmu tentang ketahupersisan seseorang tentang sesuatu yang ia metaforkan.

Setelah lahir, karya sastra adalah realitas baru yang diciptakan oleh penyair. Menurut Barthes, setelah sebuah karya dilahirkan, penyair telah mati. Karya sastra bersifat otonom, berdiri sendiri, dan bebas dimaknai dengan cara apapun oleh siapapun tanpa campur tangan penyairnya. Lebih ekstrim lagi, menurut Derrida, karya sastra adalah realitas baru yang bebas dibaca dan diinterpretasi dengan cara yang baru, tidak dari tafsiran baku (kanon atau center) tetapi mulai dari pinggiran termasuk catatan kaki, tanda baca, dan aporia. Dengan demikian apresiasi dan pemaknaan terhadap karya sastra akan terus berputar produktif tanpa henti.

Imaji Visual

Berdasar pada pendapat dua tokoh inilah saya memberanikan diri memilih, memaknai, dan menciptakan imaji visual baru dari beberapa sajak Toffan Ariefiadi. Polanya berlawanan dengan alur imaji di atas. Normalnya kata dihasilkan dari realitas visual. Namun, sebaliknya imaji visual ini tercipta dari kata-kata yang terdapat dalam sajak. Menciptakan imaji visual dari sebuah sajak berarti sedang memperjelas sajak tersebut. Simbol-simbol yang muncul memarkahi sajak agar lebih terang.

Setelah dibaca ternyata tidak semua sajak Toffan memiliki imaji visual. Lebih tepatnya, tidak semua sajaknya dapat saya terjemahkan ke dalam gambar. Mungkin karena kepekaan saya menangkap imaji sudah mulai tumpul kini. Berikut narasi imaji visual sajak Toffan Ariefiadi.




*photografer: siriusbintang.multiply.com
** poet: topenkkeren.multiply.com

7 Mei 2012

Imaji Visual Beberapa Sajak Toffan Ariefiadi dari Permukaan

Dengan menyebut nama Roland Barthes yang menyebutkan bahwa setelah karya diciptakan, pengarang telah mati.




Imajinasi, Metafora, dan Pemaknaan: Sebuah Pengantar


Pada awalnya imajinasi hanya milik Tuhan. Ia ciptakan seluruh mahluk dan memberi metafora-metafora atas mahluk-mahluk tersebut. Ya, makna awal metafora adalah penamaan. Ketika Tuhan menamai mahluknya, pada saat itulah Ia sedang bermetafora. Tuhan mengajari Adam untuk mengingat metafora-metafora tersebut. Sejak itulah bahasa menjadi familiar di kalangan manusia. Penamaan digunakan untuk meringkas semesta menjadi lebih mudah dibawa kemana pun kita berada. Bahasa telah membebaskan manusia dari kungkungan benda fisik dan merangkum hal-hal tidak ada menjadi ada. Dengan bahasa kita tidak perlu membawa “binatang berkumis, berkaki empat, berbulu indah, penyuka ikan,dll” untuk mewakili kata kucing. Cukup dengan mengatakan “kucing” konsep tentang “binatang berkumis, berkaki empat, berbulu indah, penyuka ikan,dll” telah muncul di benak kita. Bahasa menjadi gambaran dunia. Pada tahap ini metafora-metafora itu bersifat kognitif, satu nama untuk satu konsep. Kita mengenalnya dengan makna denotatif.

Setelah segala hal telah memiliki makna denotatifnya, Tuhan meminjamkan hak berimajinasinya kepada penyair. Dalam bersastra penyair mengubah realitas objektif menjadi realitas baru sesuai dengan latarbelakang penciptaan karyanya. Penyair memciptakan metafora-metafora baru atas sesuatu yang kita kenal dengan makna konotatif. Di satu sisi, dalam bersyair, ilmu tentang metafora adalah ilmu tentang dusta. Hal-hal yang denotatif dikemas menjadi bentuk-bentuk lain yang konotatif. Dimensi yang disajikan sangat berkaitan dengan emosi penyair yang kerap sangat jauh dari makna denotatifnya. Di sisi lain, ilmu tentang metafora adalah ilmu tentang ketahupersisan seseorang tentang sesuatu yang ia metaforkan.

Setelah lahir, karya sastra adalah realitas baru yang diciptakan oleh penyair. Menurut Barthes, setelah sebuah karya dilahirkan, penyair telah mati. Karya sastra bersifat otonom, berdiri sendiri, dan bebas dimaknai dengan cara apapun oleh siapapun tanpa campur tangan penyairnya. Lebih ekstrim lagi, menurut Derrida, karya sastra adalah realitas baru yang bebas dibaca dan diinterpretasi dengan cara yang baru, tidak dari tafsiran baku (kanon atau center) tetapi mulai dari pinggiran termasuk catatan kaki, tanda baca, dan aporia. Dengan demikian apresiasi dan pemaknaan terhadap karya sastra akan terus berputar produktif tanpa henti.

Imaji Visual

Berdasar pada pendapat dua tokoh inilah saya memberanikan diri memilih, memaknai, dan menciptakan imaji visual baru dari beberapa sajak Toffan Ariefiadi. Polanya berlawanan dengan alur imaji di atas. Normalnya kata dihasilkan dari realitas visual. Namun, sebaliknya imaji visual ini tercipta dari kata-kata yang terdapat dalam sajak. Menciptakan imaji visual dari sebuah sajak berarti sedang memperjelas sajak tersebut. Simbol-simbol yang muncul memarkahi sajak agar lebih terang.

Setelah dibaca ternyata tidak semua sajak Toffan memiliki imaji visual. Lebih tepatnya, tidak semua sajaknya dapat saya terjemahkan ke dalam gambar. Mungkin karena kepekaan saya menangkap imaji sudah mulai tumpul kini. Berikut narasi imaji visual sajak Toffan Ariefiadi.









Hujan adalah kata-kata yang mencair karena rindu
Berjatuhan ia dari langit mata
Sebutir mengalir, lalu sebutir mengalir,
Ke hatimu yang samudera

Tersesat –










: Ge

di kamus
aku adalah ejaan yang terjalin
dari ramping huruf-hurufmu
lama mengendap di lembarlembar bisu
menyesap sesak harum rindu yang dinanak dengan tungku waktu dan jarak

- Di Kamus Kita Adalah Sepasang Lema





Rindu ialah pagi yang seketika menjadi simfoni
dari sulur-sulur beringin dan rerimbun dedaun jati
yang kelak akan kau kenang sebagai penunjuk arah
pulang agar taktersesat di sebuah simpang

Sejumlah Bait Rindu-







Semoga taklama lagi kujumpa engkau yang cahaya
Semoga aku-engkau adalah pelangi
Yang terhubung dalam beberapa larik warna

Semoga, Tuhan

Tersesat-








Mereka tahu hati siapa yang sedang cemas
Mereka paham benak siapa telah kebas
Berhari meredam deru yang menebar bekas
Rindu merapal doa agar lekas menetas


Malam Yang Demikian, Laut Yang Mendebarkan –








Kuarungi saja laut yang mendebarkan
Perahuku tersesat di tengah topan
Mendadak aku menjadi pelaut bimbang
Gerak jarum kompasku centang perentang
Mabuk kepayang oleh gamang pertanyaan

- Malam Yang Demikian, Laut Yang Mendebarkan








Tiada lebih kucintai selain engkau
Yang tertidur dengan senyum merah jambu
Rindu yang kau tanam pada ladang-ladang perjalanan
Kini telah matang di suatu senja yang temaram

Engkau Yang Tertidur dengan Senyum Merah Jambu-









: Isya
TELAH kukayuh
Perahu sampai jauh
hingga ke entah laut lelah kutempuh
Alangkah rindu kutambatkan sauh
Merapat dan berlabuh

Di hatimu, O, dermaga yang teduh

- Sajak Kecil Tentang Nelayan yang Rindu Kepada Dermaga





Gambar-gambar ini tercipta berdasarkan pemaknaan saya dengan support photografer keren yang amat sangat mencintai saya, Teh Nina a.k.a siriusbintang. Pemaknaanya masih sangat permukaan. Mungkin juga masih ada gambar yang meleset dari makna terdalam sajak-sajak ini. Untuk yang tidak sepakat, mari kita bersepakat untuk tidak sepakat. Silakan ciptakan imaji visual sendiri agar apresiasi terhadap sajak semakin banyak ^^8




*Jazakillah Teh Nina. Motret makro di pasir itu memang tidak mudah, dan teteh melakukannya buat aku. Semoga dimudahkan segala urusan. Aamiin. ^^


** Buat Toffan, jazakallah udah minjemin puisinya buat tugas Penciptaan ^^8




6 Mei 2012

namanya Embun ^^