30 Jul 2012

Pecinta dunia takpunya waktu memeriksa niat. Kita pecinta akhirat! Hayo luruskan niat! | @aagym

[FF] Sebuah Taman




akhir-akhir ini ada kacau balau risau di benakku, tentang keinginanku yang menggebu mengenai masa depan. ada kebencian, ada cemburu, ada ketakutan, ada kekhawatiran tentang ketiadaanku di benak seseorang. ingatan itu menyelimuti waktuku, mendekapnya sampai sesak dan kehabisan nafas. ingatan itu mengambil hampir separuh waktuku. bahkan tidurpun aku mengingatnya. ia melesat-lesat dalam mimpi dan ngambil perhatianku.

ini berawal dari pertemuanku dengan seorang lelaki di persimpangan jalan ketika aku sedang menatap bentangan kota waktu. aku duduk di  halte menuju sebuat tempat bernama masa depan. hanya ada nama itu dipetaku. lelaki itu duduk di sampingku menatap sejurus ke arahku dan pandangan kami pun bertemu. karena ketidaktahuanku, aku mengajaknya sedikit berbincang.

“apakah kau tahu tentang suatu tempat bernama masa depan?”

ia terdiam, di wajahnya hanya terlukis segurat senyum indah.

“aku ingin pergi ke sana, tapi aku buta arah.”

sebuah bus datang bertuliskan masa lalu - masa depan. tanpa banyak bicara lelaki itu menarik tanganku erat dan menaiki bis itu. kami duduk di kursi paling belakang. ia menyuruhku duduk di dekat jendela agar aku takterganggu oleh para bedagang.  alangkah uniknya bis yang kutumpangi ini di dalamnya banya orang yang berjualan rindu, dan ingatan. entang mengapa banyak sekali orang yang memborong benda itu. “banyak yang menitip,” kudengar lirih dari penumpang yang ada di depanku. bahkan di tepi jalan orang-orang berdecak bahagia saat membeli dua hal itu.

sejurus kulihat lelaki di sampingku, ia sedang menata ulang benda yang ada dikopernya. kulihat setumpuk kenangan ada di dalamnya. saat kucoba mengambil sebuah kenangan, dipegangnya tanganku. nampaknya betapa sakral kenangan-kenangan itu baginya. takdibolehkan melakukan apa-apa, akhirnya aku hanya sibuk menatap pemandangan dari jendela. kulihat semuanya pergi melawan arahku. pemandangan yang kulihat melesat-lesat ke depan dan aku rasa meraka pergi mendahuluiku. mengapa bis ini mundur? ungkap benakku. tapi aku tak bisa bertanya sesuatu. lelaki di sampingku tetap membisu.

Bisku berhenti. lelaki itu menarik tanganku lagi. mengajakku bermain di sebuah taman. aku telanjur suka dengan tempat itu. kuabadikan semua, kuambil satu demi satu detail yang ada di sana. taklupa kusimpan gambar kami berdua. wah!kini koperku penuh dengan apa-apa yang ada di sana. sebentar tapi menyenangkan.

lelaki itu menarik tanganku lagi. ia mengajakku menaiki bis yang sama jurusan masa lalu - masa depan. aku kembali duduk di sampingnya. kini bis kami duduk di kursi paling depan. pemandangan pun terlihat lebih jelas. kunikmati perjalananku dengan memandang lurus ke depan. hmm.. nampaknya sebentar lagi aku tiba di tempat tujuanku.

bis itu tetiba berhenti. tanpa permisi lelaki itu ia pergi. ia takberbalik atau memberi isyarat padaku. kulihat ia berhenti di tempat kami bertemu tadi. aku semakin yakin bahwa kali ini aku benar, menuju suatu tempat bernama masa depan.

Di pemberhentian terakhir aku turun dengan sekoper kenangan. kudapati seorang wanita duduk di sebuat taman dekat halte.

“apakah ini masa depan?”

“kau dari arah mana?”

“dari sana,” ungkapku sambil menunjuk arah tempatku berasar.

“ya, untukmu tapi bukan untukku” ungkapnya dengan senyum lebih indah dari senyum lelaki tadi.

Aku mengeryitkan kening. ia kembali tersenyum.

“tempat ini masa depan bagimu dan masa kini bagiku.”

kami berbincang lama. kubuka koperku, kutata rapi apa yang ada di dalamnya. peremuan itu berusaha mengambil gambarku di taman tadi. kupegang tangannya.

“ini milikku, jangan kau ambil”

“aku hanya ingin melihatnya, nampaknya aku punya yang serupa.”

ia membuka kopernya dan menunjukkan gambarnya bersama lelaki yang sama.

“siapa dia?”

“dia adalah lelaki kenangan. diajaknya setiap orang menuju masa lalu dan mengantungi kenangan bersamanya. ia takperna pergi ke masa depan. ia mengajakmu larut dan tinggal di masa lalu. masa lalumu akan kau bawa karena sekoper kenangan itu.sampai kapanpun kau tidak akan tiba di masa depan”

“aku takmau. aku ingin pergi dari sini.”

“baiklah.” ujarnya sambil melepaskan tanganku dari koperku. ia menarik tanganku sambil melambaikan tangannya pada seorang lelaki yang sudah menaiki sebuah bis. entah mengapa aku percaya saja pada perempuan itu. aku duduk di belakangnya dan ia duduk bersama lelaki itu di depanku. mereka berbincang mesra dan aku hanya sesekali berbalik karena memikirkan koperku yang tertinggal.

Bis kami berhenti. kali ini benar, aku dengan jelas melihat ucapan “selamat datang di masa depan.” perempuan itu pergi meninggalkanku. aku kembali pergi mencari sebuah taman. namun entah mengapa aku kembali menemukan koperku di tempat duduk yang sama. seperti waktu itu.







*nemu FF di sebuah blog
** gambar dari sini

"Everything will be alright in the end. If it's not alright, it's not the end" (Sonny, The Best Exotic Marigold Hotel). | via #fb Aquarini Prabasmoro

27 Jul 2012

[XENOPHOBIA] Sebangku Dengan Brahmana


Mungkin ini kisah tentang akibat chauvunisme di kalangan anak-anak.  Chauvunisme adalah sebuah paham membanggakan ras, ideologi, serta identitas sosial secara berlebihan. Entah siapa yang memulai, saya atau dia. Semuanya terjadi begitu saja, mengalir, dan membekas pada diri bertahun-tahun.

Denpasar 1991

Pada awalnya, menjadi seorang Sunda muslim di Denpasar yang mayoritas Hindu terasa amat biasa. Internalisasi keislaman memang ditanamkan ketat. Masa Taman Kanak-kanak saya habiskan di TK Aisyiyah yang tentu seluruh siswanya muslim. Setiap ba’da subuh dan ba’da maghrib saya dan teman-teman lainnya belajar mengaji Al Quran dan pelajaran keislaman lainnya di masjid dekat rumah. Dari pengajian itulah saya mulai mengerti bahwa orang-orang Hindu dikategorikan kafir dan ahli neraka. Stigma tentang Hindu mulai tertanam halus. Ada kebencian yang aneh tertanam dalam diri. Belum lagi tetangga Hindu sekitar rumah kesehariannya hanya mabuk, berjudi, dan tajen di sekitar gardu yang biasa dijadikan Pos Ronda malam. Bukannya menjadi tempat paling menenangkan, melewati gardu itu selalu menyeramkan baik siang ataupun malam.
 
Denpasar 1993

Kebencian itu semakin terpupuk setelah saya memasuki Sekolah Dasar. Saya bersekolah di SDN 2 Pemecutan yang waktu itu satu lingkungan dengan SDN 9 Pemecutan. Dari dua sekolah itu, hanya 11 siswa muslim. Menjadi minoritas ternyata mulai takmenyenangkan. Saat kelas 1 saya duduk di bangku paling depan, berhadapan dengan meja guru. Itu berarti saya berhadapan dengan canang dan dupa. Di benak terpikir  bahwa asap dupa itu akan berefek negatif secara spiritual pada diri saya. Dengan pemahaman keislaman yang terbatas, saya melapor kepada ibu. Esoknya ibu datang ke sekolah dan meminta kepada wali kelas agar posisi duduk saya dipindahkan. Akhirnya, teman sebangku saya berpindah duduk di depan dupa dan canang tersebut.



Duduk di kelas 1 dan 2 tidak terlalu terasa berat. Ketika memasuki kelas 3, saya harus masuk sekolah siang hari. Sekolah berlangsung pukul 13.00 s.d. 17.00 WITA. Yang menjadi masalah adalah shalat dzuhur dan ashar. Di sekolah tidak ada masjid. Jangankan masjid, kesempatan untuk izin shalat pun tidak diberikan. Akhirnya setiap hari, sebelum dzuhur kami sudah standby di masjid dengan mukena. Saat adzan dzuhur berkumandang kami langsung shalat. Setelah itu saya langsung tancap sepeda merah saya ke sekolah. Pada waktu istirahat –yang bertepatan dengan waktu ashar- saya kembali pulang untuk shalat ashar di rumah. Pengalaman ini tertanam di benak sebagai diskriminasi atas keislaman saya.

Hal baru di kelas 3 adalah kehadiran pelajaran Bahasa Bali. Ini adalah pelajaran paling berat. Mempelajari bahasa asing yang melekat dengan identitas kekafiran sungguh terasa tidak menyenangkan. Belum lagi guru yang mengajar Bahasa Bali juga mengajar pelajaran Agama Hindu. Waktu itu, kepada beliaulah pertama kali saya meminta izin untuk shalat ashar dan nyatanya tidak dizinkan. Makin kuatlah stigma soal pelajaran ini.

Denpasar 1997

Tiap awal tahun ajaran, di SDN 2 Pemecutan, mungkin juga di sekolah-sekolah lain, selalu diadakan pertukaran teman sebangku siswa-siswanya. Waktu itu saya memasuki kelas 4 SD. Kami dibariskan di halaman depan kelas. Siswa laki-laki satu baris berbanjar, siswa perempuan pun demikian. Siswa laki-laki yang berbaris sejajar dengan saya, dialah yang akan menjadi teman duduk selama setahun. Ida Bagus Dwipa, dialah teman sebangku saya nanti. Karena ia adalah siswa pindahan dari sekolah lain, saya baru mengenalnya sesaat setelah kami duduk di sebuah bangku paling pojok, dekat pintu masuk, dan tepat di bawah pura kecil tempat canang disimpan setiap pagi. Sejak saat itu pengalaman buruk sebangku dengan anak berkasta Brahmana ini dimulai.


Dengan stigma tentang Hindu yang tertanam sejak awal, saya menjalani hari-hari buruk dengan Dwipa. Ternyata perkataan William Shakespeare, yang berbunyi, "apalah arti sebuah nama" tidak berlaku di Bali kala itu. Setiap nama menggambarkan status sosial yang disandang oleh setiap orang Hindu yang dikenal sebagai kasta. Ida Bagus (laki-laki) dan Ida Ayu (perempuan) adalah gelar yang disandang oleh orang yang berkasta Brahmana, kasta tertinggi yang konstituennya adalah keluarga pendeta. Salah satu di antara keluarga besar mereka pasti ada yang menjadi pendeta. Secara ekonomi pun biasanya mereka termasuk orang berada.


Apa yang terjadi pada saya setelah itu? Tempat duduk dan meja kami diberi garis pembatas. Ruang gerak saya amat terbatas. Saya tidak boleh melalui garis pembatas yang ia buat. Jangankan meminjam pinsil, penghapus atau alat tulis lainnya, barang-barang saya tidak boleh melebihi garis pembatas yang sudah dibuat. Ini mungkin hal biasa di kalangan anak-anak, tapi menjadi terasa tidak biasa bagi saya yang mendapatkan diskriminasi keagamaan sejak awal. Bagi saya, identitas sebagai muslim dan pendatang adalah alasan utama perlakuannya. Apalagi pada pelajaran Bahasa Bali yang sudah barang tentu amat dikuasai, teman sebangku saya ini amat hati-hati. Dengan wajah sinis ia berucap, “kejengat-kejengit sajan ci!” (baca: “kamu nengok-nengok terus!”). Bertanya sedikit kepada rekan yang duduk di belakang kami pun saya selalu dilarang. Padahal saya bertanya bukan pada saat ujian.


Pada suatu hari, salah satu teman merayakan ulang tahunnya dan membawa beberapa kaleng softdrink. Satu kaleng diminum oleh empat orang. Saya amat kaget ketika teman yang berkasta Sudra tidak boleh meminum softdrink sebelum teman sebangku saya meminumnya. Ternyata, Kasta Brahmana tidak boleh meminum atau memakan makanan bekas kasta di bawahnya. Perlakuan istimewa sudah biasa ia terima dari banyak orang. Nampaknya sikap-sikap aneh yang ia lakukan adalah cara menagih perlakuan istimewa dari saya yang benar-benar tidak mengetahui keistimewaan kastanya. Masih banyak lagi sikap aneh yang ia lakukan. Air mata saya terkuras habis karena sikapnya. Akhirnya beberapa waktu kemudian ayah saya datang ke sekolah dan meminta kepada wali kelas untuk mengganti teman sebangku saya. Setelah kejadian tersebut, saya duduk dengan teman yang berkasta Waisya dan sudra. Mereka ramah, bersahabat, dan tidak pernah memperlakukan saya seperti Dwipa. Setelah berkali-kali berganti teman sebangku, ternyata sebangku dengan orang kristen lebih menentramkan ketimbang duduk dengan orang Hindu. Lebih tepatnya, duduk dengan orang yang sama-sama pendatang lebih menyenangkan.


Akibat Chauvinisme

Seperti yang saya sebutkan di awal, ini adalah akibat chauvinisme yang terjadi pada anak-anak. Saya dengan keawaman Islam yang kental, dan Dwipa dengan kebrahmanaannya yang lekat. Dia dengan keasingannya sebagai orang Hindu di mata saya dan saya dengan keasingan sebagai orang Sunda di matanya. Sebagai anak-anak, ini pengalaman pertama kami menghadapi perbedaan. Pengetahuan yang kami dapat dari orang yang kami percayai, itulah yang kami pegang pada akhirnya. Saya amat mempercayai pelajaran agama dari ustadz dan dia yang bersikukuh dengan internalisasi kasta di keluarganya. Dua chauvinisme berbenturan yang akhirnya melahirkan Xenophobia.


Efek taksadar yang melekat beberapat tahun kemudian adalah perasaan terbebas setelah pada akhir 1998 –semester 2, kelas 6 SD- saya pindah sekolah ke Tasikmalaya. Terbebas dari pelajaran bahasa Bali rasanya sangat menyenangkan. Selain itu, saat mendapatkan ijazah SD, saya mati-matian memperjuangkan tempat lahir di Tasikmalaya karena di akta kelahiran tertulis Denpasar. Saya pun tidak terlalu ambil peduli dengan Bahasa Bali. Setiap ada yang berkata, “Linda pindahan dari Bali? Bisa Bahasa Bali dong! Coba bicara Bahasa Bali!” Saya selalu menolak. Bahkan tempat wisata yang ada di Bali pun sangat sedikit saya ingat waktu itu. Pengalaman tentang Bali rasanya ingin saya buang jauh-jauh.


Sampai tiba saatnya saya sadar bahwa ayah sudah 32 menjadi warga Denpasar. Ia lebih memilih membeli rumah di Bali daripada di Tasikmalaya. Setelah mempelajari Islam dengan lebih lengkap, akhirnya saya pun paham bahwa Bali tidak lebih dari sebuah tempat tinggal. Bahkan setelah tragedi bom Bali, itu kali pertama saya kembali lagi ke sana dengan gamis dan jilbab lebar. Tidak sedikitpun ada rasa takut dicurigai dengan identitas keislaman karena ayah sudah sangat akrab dengan orang-orang di sekitar rumah. Orang-orang Hindu terpelajar yang berbisnis dengan ayah tidak sedikitpun melakukan diskriminasi.


Pengalaman mengikuti kegiatan Lembaga Dakwah Kampus Universitas Udayana juga menjadi pengobat. Di sana tidak sedikit peserta yang mengikuti mentoring Agama Islam dengan nama Bali. Mereka warga Bali asli yang terlahir muslim. Ini membuat stigma saya terhadap masyarakat asli Bali menghilang. Terakhir saya mengunjungi Bali, Februari lalu, pura-pura yang berjejer di setiap rumah, saya maknai sebagai bagian dari kebudayaan yang ada di Bali. Toh setiap ada upacara keagamaan yang menyebabkan kemacetan, di jalan raya selalu ada tulisan “Maaf Ada Upacara Adat.” Secara tidak langsung masyarakat Bali sendiri mengakui bahwa yang mereka kerjakan adalah adat. Salah satu teman pernah berucap, “Lin, di Bali itu banyak banget thoguht ya!” Saya hanya tertawa lepas mendengan pernyataanya. Stigma tentang Bali yang menjadi tempat maksiyat, pusat turis asing, gudang kekafiran telah saya abaikan. Toh di sana ada juga orang-orang yang berda’wah. Bahkan saat ini sudah mulai banyak TK, SD, dan SMP Islam Terpadu berdiri di sana.


Dua bulan lalu saya kembali menemukan teman-teman sekelas di jejaring sosial. Saya pun kembali menemukan akun Ida Bagus Dwipa. Kami menjadi anggota group alumni SDN 2 Pemecutan. Semuanya sudah menjadi biasa saja. Akhirnya, untuk mengatasi kebencian atas keasingan, penanaman pemahaman tentang keberagaman sebagai sesuatu yang biasa menjadi sebuah keharusan terhadap anak-anak. Orang tua, institusi pendidikan, dan lingkungan harus memberikan pemahaman bahwa berbeda adalah sesuatu yang biasa. Dengan demikian, anak-anak akan terbiasa menerima perbedaan orang lain dan merasa percaya diri dengan keasingannya saat menjadi minoritas. Identitas yang ada pada diri kita adalah karunia yang diberikan Tuhan. Tidak ada satupun anak yang meminta untuk dilahirkan Islam, Hindu, Kristen, atau Yahudi. Jika sejak kecil anak-anak diajari Islam yang benar, mereka akan bangga dengan keislaman dan tidak akan gentar dengan diskriminasi. Jika sejak kecil anak-anak diajari menerima perbedaan, mereka akan mampu menyeru di kalangan beda agama dengan cara yang benar. []



*Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba artikel tentan Xenophobia yang diadain sama Mbak Wayan Lessy

25 Jul 2012

#QNPenting

shaum bikin wajah mengering. kepaksa pakek pelembab (_ _')

MP Nggak ngadain lomba lagi ya? :(

23 Jul 2012

Kayaknya UAS Seni Klasik dan Seni Modern ini nggak ada yang ngalahin deh @,@

21 Jul 2012

Nyari bahan tentang Perang Bubat sebagai sastra klasik :

20 Jul 2012

Jumat bersihin MP sebelum dipaksa bersihin sama Allah ^^9

18 Jul 2012

Masak [edisi] stagnan


Mati gaya masak terong ini.. jadi gurih karena pakek ebi :9

Dari awal ada piket masak aku sudah berazam untuk memasak menu berbeda setiap kali masak. Entah kenapa rasanya jadwal piket ini adalah kesempatan emasku untuk belajar masak dan waktuku tidak banyak lagi untuk belajar. Kesempatan untuk praktek di kehidupan nyata terasa makin dekat *halah -husnudzhan bentar lagi nikah :))

Setiap kali masak, aku berusaha mencoba resep aseli Indonesia dulu. Nggak mau baget nyoba resep-resep luar negeri yang kadang gak cocok di lidah orang Indonesia. Dari awal yang aku coba masak adalah resep yang biasa dibikin sama mama. Anehnya bumbu andalanku adalah bumbu komplit. Belum pernah aku masak sayur bening. Di pikiranku, kalo sayur bening pasti yang bikin enak adalah bumbu penyedap *yang jelas-jelas zat kimia berbahaya. Biasanya juga sayur bening itu menu andalan ibu rumah tangga kalo kepepet :)) *tebakan ngawur ahaha!


Sungguh.. sebenarnya aku sedang ingin beranjak dari bumbu komplit yang merah ini. Khawatir suamiku nanti nggak suka cabe T^T *tapi aku suka cabe, gimana dooong >,<

Dua pekan ini jadwal masakku pindah ke hari Rabu. Menu yang berhasil aku dan Nabila masak:

- Terong ungu bumbu merah
- Tempe mendoan yang tepungnya gagal nempel
- bihun bumbu merah
- telor dadar (buatan Nabila) ^^8

13 Jul 2012

ditugasi bikin petunjuk teknis sebuah acara tanpa diajak bikin konsep acara sebelumnya itu #NggakSesuatuBanget yah!

sarapan nasi goreng (yg gak sehat) dan sedikit sekali yang aku kunyah --a

12 Jul 2012

wifi UPI gak ada scuritynya.. bebas ngenet.. :))

Kecantikan lahir akan berkuran dg bertambahnya usia, kecantikan batin akan terus bertambah dan terbawa sampai akhirat. Raihlah kecantikan batin kalian dg Al Quran | Ustdz Saiful Islam Mubarak

10 Jul 2012

Kata ustadzah perahu-perahu di wallpaperku terdampar semua ˆ⌣ˆ

Ramadhan tahun lalu jadi 10 besar lomba cerita berantai. Pengen ikutan lagi. Siap-siap dari sekarang biar menang #Apadeh :))

9 Jul 2012

http://www.chevron.formycareer.com/vacancy/

8 Jul 2012

Allah itu Maha Benar dan menyukai cara-cara yang benar. Jika caranya benar, pasti berkah ˆ⌣ˆ

7 Jul 2012

Salut sama roisah pondok maqdis yang menikah sepekan lagi. Prosesnya cuma 2 minggu T-T.

6 Jul 2012

Bersama Muslimdaily Wawancarai Muslimah Gaza

Konfrensi Internasional Pembebasan Al Quds dan Palestina resmi dibuka oleh Marzuki Ali pagi itu, 14 Sya’ban 1433H di Bandung. Sebelumnya sesi pertama dimulai, tim Muslimdaily berkesempatan untuk berbincang dengan Shaima Shehab, muslimah Gaza yang menjadi salah satu wakil dari Palestina. Bersama suaminya, Dr. Mahmud Anbar, ia tiba di Bandung setelah menempuh perjalanan 28 jam dari Gaza.

Ukhti Shaima sejak kapan sampai di Bandung?

Saya tiba di Bandung pagi tadi. Dari Gaza kami berangkat ke Mesir menempuh perjalanan selama 15 jam. Dari Mesir kami bertolak ke Cina dan menghabiskan waktu 5 jam perjalanan. Dari Cina barulah kami berangkat ke Jakarta selama 5 jam. Ternyata dari Jakarta pun kami harus menempuh perjalanan 3 jam untuk mencapai Bandung. Kami harus menempuh perjalanan yang panjang ke Mesir terlebih dahulu karena tidak ada bandara di Palestina. Alhamdulillah setelah menempuh perjalanan dari sana kami bisa bertemu dengan saudara-saudara di sini.


Bagaimana semangat ikhwan-akhwat di sana dalam menghafal Al Quran?


Di Palestina setiap tahun selalu lahir hafidz dan hafidzhah baru. Wisuda penghafal Al Quran diadakan setiap tahun. Setiap liburan musim panas selalu diadakan perkemahan khusus untuk menghafal Al Quran. Pemerintah Palestina sangat perhatian pada penjagaan firman-firman Allah Swt ini. Setiap orang dari anak-anak sampai orang dewasa mengikuti perkemahan ini. Negara sangat memperhatikan program penghafalan Al Quran ini. Alhamdulillah  baik yang hafal 30 juz, 20 juz, atau 10 juz sangat dihargai negara karena kemuliaan Islam ada pada Al Quran. Setiap penghafal Al Quran sangat dihargai tanpa mengenal usianya.


Bagaimana peran muslimah dalam perjuangan di Gaza?


Alhamdulillah, peran utama yang paling awal adalah tarbiyatul aulaad. Sejak kecil anak-anak diajari untuk mencintai jihad dan mencintai negaranya. Anak-anak di Gaza selalu disemangati untuk rajin belajar dan mendapat peringkat terbaik di sekolah. Anak-anak pun kadang bertanya-tanya mengapa mereka harus mendapatkan peringkat terbaik di sekolah. Para ibu menjelaskan bahwa ilmu adalah salah satu hal yang dapat mendukung jihad dan percepatan kemerdekaan negara kami.

Walaupun perempuan memiliki peran domestik khusus, tapi kami tidak bekerja sendiri-sendiri. Kami berjuang bersama dan turut membantu secara langsung dalam perjuangan memerdekaan negara kami. Sampai saat ini sangat banyak perempuan Palestina yang ditawan oleh yahudi. Salah satu yang syahid adalah Fatimah An Najr. Saya mengetahui perjalanan kesyahidannya. Subhanallah.. Di Gaza ada juga seorang ibu dan 3 anaknya syahid. Kesyahidan itu membahagiakan kami. Mereka berperan untuk membebaskan negara kami. Insyaallah kami dapat membebaskan Al Aqsa dalam waktu dekat.


Apakah dukungan dari Indonesia atas kemerdekaan Palestina sampai ke sana?


Berita tentang dukungan kalian sampai ke negara kami. Kami sangat bahagia mendengarnya. Indonesia dan Malaysia adalah negara yang paling sering kami dengar beritan dan kami terima bantuannya. Longmarch, aksi solidaritas, dan sumbangan-sumbangan dari Indonesia telah sampai ke negara kami. Semangat kalian menumbuhkan rasa cinta kami kepada saudara-saudara yang ada di Indonesia. Cinta kalian sampai ke sana.


Bagaimana pendapat warga Palestina tentang kemenangan M. Murshi di Mesir?


Kami berharap pemerintahan Mesir yang sekarang dapat membantu penyebrangan Rafah agar akses kami ke negara lain dapat lebih mudah. Saat pemerintahan Husni Mubarak penyebrangan menuju negara lain sangat sulit.


Apa saja aktivitas ukhti Shaima di Palestina?


Setelah menyelesaikan studi dalam bidang syariah, tiga tahun ini saya melanjutkan studi Bahasa Inggris. Selain itu saya aktif di Multaqa Ar Rahmah, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat. Beberapa aktivitas Multaqa Ar Rahmah ini adalah melakukan pemberdayaan terhadap perempuan-perempuan yang mengalami masalah perempuan yang belum mendapat pekerjaan. Mereka diberi pelatihan keterampilan. Bantuan-bantuan dari luar negara-negara lain seperti makanan, obat-obatan, dan pakaian-pakaian ditampung dan kami salurkan kepada orang-orang yang memerlukan dan datanya sudah kami miliki. Multaqa Ar Rahmah juga membantu mahasiswa-mahsiswa berprestasi yang berprestasi. Diadakan pula lomba cerdas cermat sesuai dengan pelajaran yang ada di sekolah mereka.


Bagaimana pendapat ukhti Shaima dengan konfrensi Internasional Pembebasan Al Quds dan Palestina ini?


Alhamdulillah ini adalah konfrensi yang sukses. Kami berharap konfrensi semacam ini dilakukan lagi tidak hanya di Indonesia atau negara muslim saja tapi negara-negara lain juga ikut. Setelah ini kami berharap konfrensinya tidak hanya membahas tentang Al Quds. InsyaAllah di konfrensi mendatang Al Quds sudah merdeka dan kita bisa membahas permasalahan yang lain, dengan susunan acara yang lebih menarik dan peserta yang lebih banyak lagi. Saya berharap untuk kesempatan yang akan datang pembicaranya tidak hanya laki-laki saja yang di depan. Perempuan tidak hanya jadi peserta tapi juga jadi pembicara di depan (ujarnya sambil tertawa ringan).



Ada pesan untuk remaja dan perempuan Indonesia?


Alhamdulillah para pemudi Indonesia semangat-semangat, terlihat ada di mana-mana. Begitu melihat pemudi Indonesia, justru membuat kami lebih bersemangat. Jika saya harus berpesan, pesan saya, pemudi Indonesia harus memiliki peran di mana-mana tidak hanya di satu bagian tapi di berbagai sisi kehidupan. Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu. Namun, belajar setelah tua pun bukan masalah, tidak perlu khawatir. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. []






Reporter: Linda Handayani
Translater: Tati Istianah dari LIPIA

*alhamdulillah dipertemukan dengan ukhti Isti dari LIPIA. Allah memudahkanku menerjemahkan perkataan Ukhti Shaima. Semua yang ditanyakan standar, mungkin banyak media yang pernah meliput, tapi aku ingin dengar dengan telingaku sendiri. Hari itu aku merasa diberkahi bisa jadi wartawan

**berita dari sini

3 Jul 2012

Nonton 49Days dzikrul mauut T-T

2 Jul 2012

#MIRIS

Ngelihat anak2 viking bikin macet ~> "Di akhirat kita akan dikumpulkan dg apa dan siapa yg kita cintai" kata Rasulullah Saw

Jomblo adalah prinsip bukan nasib




Nemu di printing kaos =))

batas akhir wisuda gelombang IV tahun ajaran 2012-2013 | Selasa, 23 Juli 2013 #Noted

Masakan Sederhana


Ayam goreng mentega kayaknya resep luar negeri. Makanya aku gak tau cara bikinnya. Aku masih konsentrasi masak masakan Indonesia dulu.

Pekan ini menu masakan kami amat sederhana: ayam goreng mentega, tempe orek. Awalnya kami akan memasak sayur nangka yang banyaaak santennya, tapi ternyata kami terlambat ke warung. Walhasil nangkanya udah abis. Akhirnya Essa ngasih ide buat bikin ayam goreng mentega. Aku bilang "ya" aja sekalian belajar masak resep jenis itu. Teruus terang aku nggak pernah icip or masak resep itu.



Tiba Sabtu aku baru sadaar beeuud, aku kerja di DT Sabtu karena Senin-Jumat ada UAS. Walhasil aku bakal kesorean nyampe asrama. Berangkat dari DT jam 3.30 sore karena macet nyampe asrama jam 5.15 sore. Hadeeuuh! Akhirnya dismsin terus sama essa, "Teh, udah nyampe mana?"


Pas nyampe asrama tanpa babibu, dengan pakaian lengkap abis kerja langsung masak. Essa n Mbak Mela udah lagi masak ayam goreng mentega. Pas nyampe dapur Essa bilang "Yang punya ide beli tempe kan Teh Linda. Jadi, aku yang masak ayamnya aja." Yowislah, aku kerjain sendiri si tempe. Ayam dikerjain Essa sama Mbak Mela.


Tempe yang udah dibeli nggak mungkin dong digoreng gitu aja. "Itu namanya nggak belajar!" kata hati nuraniku :)) Akhirnya aku masak tempe itu jadi tempe orek tanpa digoreng sebelumnya *biar bumbu yang sederhana ngeresep. Pokoknya bumbunya cuma bawang putih, bawang merah, cabe sebanya-banyaknya -kayak mau nyambel-, garem, gula merah, sama mgs *ups. Untuk bumbu yang terakhir aku istighfar sebanyak-banyaknya :))



Sebelum makanan dibawa ke asrama, kami ngasih semangkuk ayam dan semangkuk tempe orek ke Ummi Saiful sekadar buat mencicipi. Pokoknya rasanya tempe itu adalah masakan alakadarnya bangeet. Secara nggak disisain bumbu. Di luar dugaan, Alhamdulillah -tahadus binnikmat- Ummi dan anak-anaknya suka masakanku. Dinti bahkan dateng ke asrama buat ngambil tempe lagi. Udah agak malem Dinta dateng lagi buat minta tempenya lagi. Heuheu, firasatku siy, tempe itu jadi enak karena komposisi bumbu yang pas dan ada msg-nya hehehe.. Ini dia masakannya.

ngontrak tanah 20 tahun --a *lama beneeer yah

Tentang Santan Karo

1 Jul 2012

Kenikmatan terbesar Sya'ban ada di tangan ahlu shaum Daud ^^9

Besok ke Daaru Tauhiid lagi mengais pencerahan tauhiid. Semangaaat Nda! \(^,^)/