Tak Ada Beban Tanpa Pundak
Terasa menyesakkan semua yang telah terjadi
apa yang ku banggakan kini tinggal cerita
kau uji aku, sekilas aku rasa tak kuasa
namun kusadari dan aku mengerti kuserahkan pada Mu
Takkan aku bertanya mengapa harus terjadi
karna aku yakini tak ada beban tanpa pundak
Kau uji aku karna ku bisa melewatinya
ini yang terbaik bagi hidupku
semua hanya ujian
Biarkan aku oh malam.
menangis di sepanjang sholatku karna hanya Allah
yang bisa membuatku tegar menjalani semua ini.
Biarkan aku oh malam.
Bersimbah Rahmat dan ampunanNya
badaipun pasti berlalu menguji imanku
aku serahkan pada Illahi.
Kini kutahu Ya Allah, tiada beban tanpa pundak
Kuatkan diri Ya Allah
Setiap luka pasti ada obatnya. Ada waktunya ia mengering dan kembali pulih. Bahkan ada luka yang takmembekas sedikitpun bukan? Hanya tubuh yang penuh perawatan yang takmemiliki bekas luka.
Begitupun hati. Hati yang terluka karena goresan orang lain atau cabikan yang disisakan oleh diri sendiri akan mengalami sakit. Pada setiap rasa sakit pasti ada kekuatan dari-Nya untuk menjalani sampai pulih. Sampai pulih. Sampai benar-benar pulih.
Dialah yang memberi luka, Dia pula yang memberi kekuatan dan penawarnya. Pada setiap rasa sakit di hati ini, cukuplah Allah Swt yang menjadi pemberi sebaik-baik obat.
Awalnya pasti luka dan rasa sakit itu akan terasa dalam, perih, menyisakan hening. Takada suara sedikitpun karena diri sibuk merasa dan menerjemahkan luka. Lalu hanya air mata yang menganaksungai, menetes, mengalir, melelahkan, menyesakkan. Lemah, lemah, lemah selemah-lemahnya. Hanya akan ada pertanyaan "mengapa?" Lalu pikiran berputar, bekerja keras mengobati luka itu dengan tuduhan-tuduhan pada sesiapa yang layak disalahkan. Pada waktu, pada manusia, pada masa lalu, pada sikap, pada dunia, bahkan pada Tuhan semua tuduhan itu ditujukan.
Setiap saat yang dilakukan adalah menyalahkan. Salah! Salah! Salah! Tidak ada yang benar di dunia ini, waktu itu. Jika bukan Allah Swt yang dijadikan pegangan, yang dilakukan adalah berlari sejauh-jauhnya dari masahal. Lelah akan datang menjadi penanda kesembuhan. Lelah adalah penolong terbaik menuju keinsyafan.
Luka adalah sapaan Allah Swt padamu tentang keberadaan-Nya. Bila hati segera sadar akan pertolongan-Nya, Ia akan segera mengobati lukamu. Ia yang memberi luka sebagai ujian, maka Ia yang akan mengobatinya. Tentu dengan obat terbaik dan terindah. Maka mengadulah hanya kepada-Nya, pada Ia yang menulis takdir dan mewujudkanya. Pada Ia yang takada sesuatupun lepas dari genggaman-Nya. Pada Ia yang memiliki jawaban atas semua pertanyaan.
Lega! lega! lega selega-leganya bila yang mendengarkanmu hanya Dia. Lalu jawaban atas setiap pertanyaan akan hadir satu demi satu dari-Nya. Hanya keyakinan tentang luka sebagai takdir terbaik yang akan muncul. Semakin dekat, dekat, dan dekat saja kepada-Nya melalui tilawah dan tahajjud yang dirindukan. Akhirnya hanya syukur yang dilakukan atas luka sedalam apapun. Apalah artinya luka-dalam bila imbalannya adalah semakin dekat dengan Allah Swt. Tidak ada kebahagiaan yang lebih indah kecuali dekat dengan-Nya.
Maka pada setiap luka, syukurilah!
Semoga ia berbuah kedekatan dengan-Nya.
Begitupun hati. Hati yang terluka karena goresan orang lain atau cabikan yang disisakan oleh diri sendiri akan mengalami sakit. Pada setiap rasa sakit pasti ada kekuatan dari-Nya untuk menjalani sampai pulih. Sampai pulih. Sampai benar-benar pulih.
Dialah yang memberi luka, Dia pula yang memberi kekuatan dan penawarnya. Pada setiap rasa sakit di hati ini, cukuplah Allah Swt yang menjadi pemberi sebaik-baik obat.
Awalnya pasti luka dan rasa sakit itu akan terasa dalam, perih, menyisakan hening. Takada suara sedikitpun karena diri sibuk merasa dan menerjemahkan luka. Lalu hanya air mata yang menganaksungai, menetes, mengalir, melelahkan, menyesakkan. Lemah, lemah, lemah selemah-lemahnya. Hanya akan ada pertanyaan "mengapa?" Lalu pikiran berputar, bekerja keras mengobati luka itu dengan tuduhan-tuduhan pada sesiapa yang layak disalahkan. Pada waktu, pada manusia, pada masa lalu, pada sikap, pada dunia, bahkan pada Tuhan semua tuduhan itu ditujukan.
Setiap saat yang dilakukan adalah menyalahkan. Salah! Salah! Salah! Tidak ada yang benar di dunia ini, waktu itu. Jika bukan Allah Swt yang dijadikan pegangan, yang dilakukan adalah berlari sejauh-jauhnya dari masahal. Lelah akan datang menjadi penanda kesembuhan. Lelah adalah penolong terbaik menuju keinsyafan.
Luka adalah sapaan Allah Swt padamu tentang keberadaan-Nya. Bila hati segera sadar akan pertolongan-Nya, Ia akan segera mengobati lukamu. Ia yang memberi luka sebagai ujian, maka Ia yang akan mengobatinya. Tentu dengan obat terbaik dan terindah. Maka mengadulah hanya kepada-Nya, pada Ia yang menulis takdir dan mewujudkanya. Pada Ia yang takada sesuatupun lepas dari genggaman-Nya. Pada Ia yang memiliki jawaban atas semua pertanyaan.
Lega! lega! lega selega-leganya bila yang mendengarkanmu hanya Dia. Lalu jawaban atas setiap pertanyaan akan hadir satu demi satu dari-Nya. Hanya keyakinan tentang luka sebagai takdir terbaik yang akan muncul. Semakin dekat, dekat, dan dekat saja kepada-Nya melalui tilawah dan tahajjud yang dirindukan. Akhirnya hanya syukur yang dilakukan atas luka sedalam apapun. Apalah artinya luka-dalam bila imbalannya adalah semakin dekat dengan Allah Swt. Tidak ada kebahagiaan yang lebih indah kecuali dekat dengan-Nya.
Maka pada setiap luka, syukurilah!
Semoga ia berbuah kedekatan dengan-Nya.
14 komentar:
#30HariLagukuBercerita ^^
etsah mantap liriknya
#eaaaaa :p
gak bsioa download
cari sendiri di google :p
pundakku pergi ke jogja... :(
Simbah ngaku aja.. Kangen mbah uti kaaaan! :p
ga ngaku juga sudah ketahuan :)
etapikan temen kost simbah LDR semua.. silakan berbagi pundak #eh
pundak-pundakan :D
waduh ehm2 .... nganten baru ahahah
Ini simbah senasib sama Rifi: Jomblo coret #tabik mbah :p
masih istiqomah nyerita pake laguu... ;d
kereen lhaa
insyaALlah ampe akhir September
Posting Komentar