10 Mei 2012

10 Mei: Tentang Kehilangan Yang Amat Biasa


Setiap tahun berganti, pasti ada saja perubahan yang kita alami. Ya, perubahan adalah keniscayaan bukan? Begitupun hidupku tahun ini. Inilah dia yang amat sangat baru. Ada yang hilang, dan ada yang datang. Yang lama pergi dan yang baru datang. Tempat tinggal baru, kehidupan baru, teman-teman dekat baru, kebiasaan baru, tentu dengan peristiwa baru juga.

Sepuluh Meiku, pagi ini genap seperempat abad aku bernafas, terima kasih telah membersamaiku, telah bersedia menjadi satu penanda keberadaanku di dunia. Seperempat abad ini, sudah jadi apa aku? Ini pertanyaan yang belum bisa aku jawab sampai kini. Semua benar-benar baru aku titi, mungkin masih pada anak tangga pertama. Biarlah tahun ini jadi sebuah awal titian itu bermula.
Pagi tadi amat biasa. Aku awali hari dengan talaqi kepada ustadzah Zahra. Ini kehidupan baruku tahun ini. Selepas talaqi sebuah SMS datang dari sebuah nama di handphoneku: Pak Setiawan Sabana.

Selamat ulang tahun, semoga panjang usia, sehat, tambah pinter, banyak rizki, n dalam lindungan-Nya. Aamiin. SS.

Inilah sebuah doa perdana yang dikirim seorang profesor, dosen mata kuliah Teknologi Seni yang tanggal kelahirannya sama denganku. Itulah keistimewaan beliau yang aku temukan. Semakin tinggi ilmunya, ia semakin perhatian terhadap detail. Salah satunya perhatiannya terhadap hari ulang tahun ini. Saat mengetahui kesamaa tanggal ulang tahun ini, ia bercerita tentang usianya yang sudah beranjak 61 tahun. Katanya, “berbicara tentang ulang tahun bagi orang seusia saya, berarti sedang berbicara tentang keberakhiran. Merayakan hari ulang tahun berarti merayakan pertemua dengan kematian.” Berdasarkan percakapan dengannya, akhirnya aku membalasnya:

Aamiin.. Terima kasih Pak.. Begitupun Bapak.. Semoga selalu sehat, diberkahi Allah, dan tetap produktif berkiprah di dunia seni. Rasulullah Saw. Mendapat wahyu tentang jihad pada usia 60 tahun. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari angka 61 Pak. Semangat!

Balasanku ini membuahkan balasan dari beliau, “Linda ini Taurus banget!” Kawan, apa artinya? Aku juga kurang tahu. Mungkin karakterku mirip karakter banteng kali ya. Semoga karakter-karakter positif yang menempel pada diri ini. Walaupun tentu tidak ada hubungan kausalitas antara Mei dan Taurus.

Pagi beranjak, datang pula doa dari Wiwit, Kucay, Rumah Zakat, Ayon, Wina, dan yang lainnya. Semuanya berisi tentang doa keberkahan usiaku. Jazakumullah untuk doa-doa kalian. Semoga usia kalian pun berkah dan diisi dengan ketaatan kepada-Nya. Doa kalian adalah tanda kehadiran kalian hari ini. Terima kasih telah mengingat tanggal biasa ini.

Sepuluh Mei kali ini biasa saja dan aku berazam untuk menjalaninya dengan biasa saja. Tidak perlu membisu jika sadar pada hari-hari sebelumnya aku banyak bicara. Bukankah aku yang hari ini adalah hasil dari aku hari kemarin. Amat lucu jika hari sebelumnya aku cerewet, hari ini pendiam, lantas esoknya aku kembali cerewet. Hari ini memang biasa saja. Ada doa dari Mama dan Bapak tentang kesehatanku, kepintaranku. Huffh! Entah mengapa, doa agar semakin shalihah lebih menggiurkan daripada doa semakin pintar. “Pak, doain biar hafalan Dida selesai secepatnya,” kataku memaksa. “Iya, kamu harus semangat!” kata Bapak. Bahkan telpon dari mereka aku angkat di angkot dalam pernjalanan ke kampus. Ah.. hari ini memang kunobatkan sebagai hari yang harus menjadi biasa saja.

Dalam titian menuju angka ganjil ini aku belajar terbiasa dengan keganjilan. Aku belajar menghadapi keganjilan sebagai sesuatu yang biasa. Setahun kemarin ada doa yang dikabulkan, pun ada doa yang belum dikabulkan. Setahun kemarin ada kenyataan yang sesuai dengan harapan, ada kenyataan yang amat jauh dari harapan. Saat dihadapi dengan berlebihan, heboh, sibuk dengan rasionalisasi ikhtiar pribadi, akhirnya hanya akan menghabiskan energi dan kelelahan hati. Jalan terbaik adalah menghadapi semuanya dengan biasa saja. Tidak ada pelarian, tidak ada kontemplasi ke tempat-tempat yang difavoritkan.

Bagiku tahun ini, asrama tahfidz adalah tempat terbaik. Jika ada keganjilan yang terasa berat dipikul, aku harus bisa menghadapinya di sini. Tidak perlu pergi ke gunung, ke stasiun, ke perpustakaan, atau kemanapun yang dulu pernah aku tengarai sebagai tempat sakral yang dapat mengobati kebimbangan tentang masalah yang menimpaku. Jika ada keganjilan yang menyesakkan dada, aku harus bisa menghadapinya dengan bercerita cukup kepada-Nya. Biarlah orang-orang sekitar hanya tahu permukaannya saja. Hal-hal detail hanya Allah yang boleh tahu. Tidak ada lagi sesi curhat dengan manusia. Semuanya tumpah cukup kepada-Nya saja. Itulah mengapa tidak ada orang yang aku jadikan teman dekat kini. Semuanya menjadi teman biasa-biasa saja. Karena yang kualami tahun-tahun sebelumnya, ternyata manusia hanya mampu menjadi tempat menumpahkan masalah, takmampu menciptakan solusi. *Atau kadang, solusinya takmampu aku jalani.

Dialah Allah yang selalu memberikan solusi, Maha Memaksakan solusi-Nya dan membuatku diam kaku menerima solusi yang Ia kehendaki. Pada setiap ikhtiar yang dengan culas aku ajukan kepada-Nya, Ia jawab dengan kehendak yang menyadarkanku bahwa aku hanya mahluk. Kehendak itu mau tidak mau, suka tidak suka harus dihadapi dengan hati pasrah dan sadar bahwa diri ini hanya mahluk lemah, takberdaya di hadapan Khaliq. Hadapi saja! Itu yang akhirnya muncul di benak. Kesuksesan, keberhasilan, semuanya dihadapi dengan kesyukuran. Kehilangan, keterpisahan, ketaksesuaian, semuanya pasti menyimpan sesuatu yang akan berujung manis. Jika pun memang takberujung manis, mampu menghadapinya dengan tenang dan biasa-biasa saja sudah cukup buatku.

Apapun, pasti berlalu. Apapun pasti terlalui. Sama seperti hari ini. Dan besok akan menjadi tetap biasa-biasa saja. Hari ini, besok, tahun depan, lima tahun ke depan, semuanya akan terlalui dan menjadi biasa-biasa bukan? Kini, menjadi istimewa itu adalah ketika aku bisa menghadapi apapun yang berkaitan dengan dunia sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab lauh mahfudz sebelum Kami mewujudkanmu. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira  terhadap apa yang direrikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membangkang,” (Al Hadid: 22-23).






*foto jepretan teh nina

15 komentar:

Linda Shabrina mengatakan...

semacam pernyataan sikap kepada masa lalu..

Iwan Yuliyanto mengatakan...

Happy Milad ya, mbak Linda.

Refleksi-nya di hari jadi ini begitu menggugah semangat.

dyas chasbi mengatakan...

barakallaah, teteh...

Tika Gartika Mustikarani mengatakan...

Met milad, Teh Linda. Semoga semakin sholehah dan usianya senantiasa berkah. aamiin
jangan bosan berbagi hikmah yaa :)

nuriska fahmiany mengatakan...

hei hei, all the best for u ... :)

Aamiin

Lailatul Qadr mengatakan...

Met Milad ya, mbak Linda... Semoga usianya semakin berkah.

Refleksinya, mak nyess di hati. Terima kasih sudah mengingatkn saya juga...

Btw, font nya kecil-kecil banget, mata saya susah menangkap tulisannya. Hehehe... Oia, bisa mengganti font nya, gak...? Agak risih dengan huruf "t"-nya... (^__^)

Cinderellanty Chan mengatakan...

slamat tinggal masa lalu
aku kan melangkah..
Maafkanlah segala yg telah kulakukan padamu
(five minutes)

barakallaahu fiyk
smg segera jd hafidzah+makin shalihah+smua hajat diijabah-Nya dg jalan terindah
aamiin
*ekspresi biasa aja*

Linda Shabrina mengatakan...

terima kasih mas Iwan ^^

Linda Shabrina mengatakan...

aamiin.. jazakillah dyas ^^

Linda Shabrina mengatakan...

aamiin.. waiyyaki.. milad kita dekat ^^

Linda Shabrina mengatakan...

amiin.. thanks teh :D

Linda Shabrina mengatakan...

aamiin.. jazakillah doanya..

heuheu.. aku suka font dan ukurannya.. jadi ndak pernah ganti ukurannya... :D

Linda Shabrina mengatakan...

asalna ek ditutup ku lagu eta, tapi lebar ah.. :))

Aamiin Ya Mujibbassaailiin.. Jazakillah Antyy.. *ekspresi biasa aja juga*

Salman Rafan Ghazi mengatakan...

bijak!

profesormu keren.

Linda Shabrina mengatakan...

ya. keren dan tetap rendah hati.

Posting Komentar