3 Feb 2012

Atikah Binti Zaid Bin Amr dan Syair


saksi bunga kematian


Atikah Binti Zaid Bin Amr adalah salah satu shahabiyah yang dikalangan kaum Quraisy dikenal dengan kefasihannya berbahasa, menguasai ilmu sastra, cerdas, dan sangat cantik. Hal ini terlihat dari syair-syair yang mengiringi kehidupannya bersama suami-suaminya. Kepiauaiannya bersyair membuat suami-suaminya menciptakan syair untuknya.

Syair Abdullah bin Abu Bakr saat diperintah oleh Abu Bakr memerintahnya untuk menceraikan Atikah karena ia terlalu mencintainya dan membuatnya terlena hingga lupa dengan perniagaan:

Mereka berkata, ceraikan dia, cari penggantinya
Aku tersentak dibangunkan dari mimpi
Akankah kutinggalkan keluarga yang kubina
Aku dan dia bagai anak-anak sapi berangkat ke ilalang
Dan hampir sampai ke gua kasih sayang

Abdullah bin Abu Bakr akhirnya menceraikannya. Namun, di tengah perjalanan ia melobi ayahnya dengan sebuah syair:

Atikah bagai cahaya bersinar
Merpati diratapi burung tekukur
Atikah... siang malam hatiku untukmu
Memikul segala rasa yang sulit terungkap
Mencerai wanita secantikmu tanpa dosa
Akal cemerlang, pendapat jutu
Akhlak lurus, pemalu dan dipercaya

Dalam perang Hunain Abdullah bin Abu Bakr syahid. Atikah membuat syair untuk suami pertamanya:

Aku mendapat seorang paling baik
Setelah nabi dan Abu Bakr
Aku bersumpah mata takkan berhenti mengangis
Aku biarkan kulit menjadi lusuh dan berdebu
Tak pernah mata melihat pemuda sepertinya
Dalam peperangan ini gigih, tangkas, sabar
Takdihiraukan panah memerahi tubuhnya

Pada saat kematian suami keduanya, Zaid bin Khatab, Atikah menangis. Tidak diriwayatkan ada syair pada peristiwa itu. Namun, saat itu Ali bin Abi Thalib berkata kepada Atikah, "Atikah, mana ucapanmu 'Aku bersumpah mata takkan berhenti menangis, Aku biarkan kulit menjadi lusuh dan berdebu,' yang pernah kau katakan saat kematian Abdullah?" Pada saat itu, Umar bin Khatab berkata, "Apa yang membuatmu menanyakan hal itu wahai Ali? Perempuan selalu berkata demikian bila ditinggalkan suaminya."

Pada saat suami ketiganya, Umar Bin Khatab meninggal, ia meratap dalam syair:

Hai mata, berikanlah ratapan dan tangisan
Kepada imam yang mulia jangan bosan
Kabar duka, penunggang kuda menyampaikan
Di saat bertugas dan peperangan
Katakan kepada orang-orang susah, matilah!
Karena kematian telah menjemput
Aku tidak bisa tidur, mataku terjaga
oleh isi hati penuh ketakjubab
Hari ini mataku benar-benar terjaga
Aku tangisi Amirul Mukminin dan semuanya
Kepada para pelayan kemanfaatnan dan kelapangan

Ratapan Atikah ketika Azzubair bin Awwam, suami keempatnya meninggal karena dibunuh oleh Amr bin Jarmuz -munafikin- terdapat dalam syair:

Anak Jarmuz mengkhianati pemimpin pasukan
Suatu hari tanpa perlawanan
Hai 'Amr, jika kau beritahu, dia akan siaga
Tidak akan gemetar jiwa dan tangannya
Berapa banyak kesulitan dilewatinya
Dia tidak akan tercela, wahai orang yang akan disiksa
Demi Allah, kau telah membunuh seorang muslim
Layak engkau dihukum, pembunuh dengan sengaja

0 komentar:

Posting Komentar