14 Feb 2012

perjalanan

long trip

hari ini perempuan itu pulang. seperti biasa: bersendirian. tidak seperti perjalanan-perjalanannya yang lalu, kali ini ia menyusuri tempat-tempat yang asing baginya. dia sedang meyakinkan dirinya tentang kesendirian itu. sendiri, ya sendiri. ada satu kota yang akan terlalui. kota pahit, luka, nganga. kota ajaib yang ia selalu mengharap harapkan keajaiban atasnya pada perjalanan ini. namun, itulah hidup dan realitas, tak pernah ada keajaiban. hanya pada dongeng keajaiban mungkin datang.

di benaknya ada adegan-adegan ftv, drama korea, atau melodrama yang ia impi-impikan akan terjadi pada takdirnya di 28 jam mendatang.

schene 1:
lelaki itu membuka ponselnya: "aku di kotamu." sebuah sms dibukanya.
perempuan itu menerima balasan: "di mana? aku ke sana." 
lelaki itu membaca balasan: "di jalan ahmad yani"
lelaki itu keluar dari persembunyiannya, membuka pintu, dan mereka bertemu muka. hanya melambaikan tangan, tapi hati begitu bahagia.

schene 2:
perempuan itu: "aku pulang. lewat kotamu. ^^"
lelaki itu: "berangkat jam berapa?"
perempuan itu: "jam 2 siang"
lelaki itu: "biasanya berhenti di rest area. nanti aku ke sana."
mereka bertemu dan bertatapan dari jauh di rest area itu. tidak ada satu kata pun terucap. dan perempuan itu pergi dengan wajah berseri.

schene 3:
perempuan itu: "aku pulang. mau ketemu ayah?"
lelaki itu: "beneran? aku bilang ibu."
perempuan itu: "wah? beneran?"
lelaki itu: "berapa lama di sana?"
perempuan itu: "dua pekan"
lelaki itu: "masih ada kesempatan"
lalu ayah perempuan itu bertemu dengan lelaki sahaja yang menghendaki putrinya. perempuan itu bahagia.

bagian-bagian kisah ini hanya akan terjadi pada dongen sebelum tidur. perempuan itu pun takhabis pikir mengapa bagian-bagian kisah itu bisa hadir dalam benaknya. betapa ia masih berharap pada kebodohannya. betapa ia masih harus berjuang untuk mengobati hatinya. betapa ia naif. naif. naif. naif. sangat naif. 

yang sebenarnya terjadi hanya kebisuan. hanya satu kisah perjalanan bersendirian. taksedikitpun ia akan sampaikan kabar kepergiannya pada lelaki itu. menyampaikannya hanya akan menggarami luka yang nganga. ia hanya harus tersadar bahwa yang ia hadapi adalah realita. dan realita yang ia hadapi sangat jauh dari mimpi yang ia naifi.

0 komentar:

Posting Komentar