8 Mei 2012

Imaji Visual Beberapa Sajak Toffan Ariefiadi Dari Permukaan


PROLOG:
Jika rindu adalah sebuah kertas, bagai seorang ahli origami kau melipatnya menjadi dua, tiga, empat, dan seterusnya, sampai pada satu titik kertas itu tidak dapat dilipat lagi, bagaimanapun upaya yang kau lakukan. Kertas itu takdapat dilipat lagi karena ia memiliki batas struktur yang menahan perubahan dirinya.

*Meminjam Metafora Yasraf Amir Piliang

Dengan menyebut nama Roland Barthes yang berkata bahwa setelah karya diciptakan, pengarang telah mati.




Imajinasi, Metafora, dan Pemaknaan: Sebuah Pengantar

Pada awalnya imajinasi hanya milik Tuhan. Ia ciptakan seluruh mahluk dan memberi metafora-metafora atas mahluk-mahluk tersebut. Ya, makna awal metafora adalah penamaan. Ketika Tuhan menamai mahluknya, pada saat itulah Ia sedang bermetafora. Tuhan mengajari Adam untuk mengingat metafora-metafora tersebut. Sejak itulah bahasa menjadi familiar di kalangan manusia. Penamaan digunakan untuk meringkas semesta menjadi lebih mudah dibawa kemana pun kita berada. Bahasa telah membebaskan manusia dari kungkungan benda fisik dan merangkum hal-hal tidak ada menjadi ada. Dengan bahasa kita tidak perlu membawa “binatang berkumis, berkaki empat, berbulu indah, penyuka ikan,dll” untuk mewakili kata kucing. Cukup dengan mengatakan “kucing” konsep tentang “binatang berkumis, berkaki empat, berbulu indah, penyuka ikan,dll” telah muncul di benak kita. Bahasa menjadi gambaran dunia. Pada tahap ini metafora-metafora itu bersifat kognitif, satu nama untuk satu konsep. Kita mengenalnya dengan makna denotatif.

Setelah segala hal telah memiliki makna denotatifnya, Tuhan meminjamkan hak berimajinasinya kepada penyair. Dalam bersastra penyair mengubah realitas objektif menjadi realitas baru sesuai dengan latarbelakang penciptaan karyanya. Penyair memciptakan metafora-metafora baru atas sesuatu yang kita kenal dengan makna konotatif. Di satu sisi, dalam bersyair, ilmu tentang metafora adalah ilmu tentang dusta. Hal-hal yang denotatif dikemas menjadi bentuk-bentuk lain yang konotatif. Dimensi yang disajikan sangat berkaitan dengan emosi penyair yang kerap sangat jauh dari makna denotatifnya. Di sisi lain, ilmu tentang metafora adalah ilmu tentang ketahupersisan seseorang tentang sesuatu yang ia metaforkan.

Setelah lahir, karya sastra adalah realitas baru yang diciptakan oleh penyair. Menurut Barthes, setelah sebuah karya dilahirkan, penyair telah mati. Karya sastra bersifat otonom, berdiri sendiri, dan bebas dimaknai dengan cara apapun oleh siapapun tanpa campur tangan penyairnya. Lebih ekstrim lagi, menurut Derrida, karya sastra adalah realitas baru yang bebas dibaca dan diinterpretasi dengan cara yang baru, tidak dari tafsiran baku (kanon atau center) tetapi mulai dari pinggiran termasuk catatan kaki, tanda baca, dan aporia. Dengan demikian apresiasi dan pemaknaan terhadap karya sastra akan terus berputar produktif tanpa henti.

Imaji Visual

Berdasar pada pendapat dua tokoh inilah saya memberanikan diri memilih, memaknai, dan menciptakan imaji visual baru dari beberapa sajak Toffan Ariefiadi. Polanya berlawanan dengan alur imaji di atas. Normalnya kata dihasilkan dari realitas visual. Namun, sebaliknya imaji visual ini tercipta dari kata-kata yang terdapat dalam sajak. Menciptakan imaji visual dari sebuah sajak berarti sedang memperjelas sajak tersebut. Simbol-simbol yang muncul memarkahi sajak agar lebih terang.

Setelah dibaca ternyata tidak semua sajak Toffan memiliki imaji visual. Lebih tepatnya, tidak semua sajaknya dapat saya terjemahkan ke dalam gambar. Mungkin karena kepekaan saya menangkap imaji sudah mulai tumpul kini. Berikut narasi imaji visual sajak Toffan Ariefiadi.




*photografer: siriusbintang.multiply.com
** poet: topenkkeren.multiply.com

8 komentar:

Linda Shabrina mengatakan...

Alhamdulillah..yang ini lebih bisa dinikmati satu persatu ^^8

dyas chasbi mengatakan...

teteh, kerren!
mau dibuatin juga...
eh,tapi tulisan2 dyas gak keren (_ _")

Linda Shabrina mengatakan...

topenk kan emang keren. dyas itu baik *akun MP :)

Ini tugas kuliah Yas.. Dyas kan udah pinter gambar?

dyas chasbi mengatakan...

tugas na asik banget, teh...
kalo tugas kul dyas itu gambar pake pensil di kertas A0, makanya jadi suka gambar meski belum pinter.

Linda Shabrina mengatakan...

seperti yg pasti Dyas alami.. Setelah jadi gambar memang asyik. Waktu baca puisinya satu satu dan memadatkannya jadi gambar lumayan puyeng :d

Catur Wahono mengatakan...

sukaa

Linda Shabrina mengatakan...

suka doang?

Linda Shabrina mengatakan...

yang ini siyap dijadiin #KaosPuisi ^^8

Posting Komentar