7 Mei 2012

Imaji Visual Beberapa Sajak Toffan Ariefiadi dari Permukaan

Dengan menyebut nama Roland Barthes yang menyebutkan bahwa setelah karya diciptakan, pengarang telah mati.




Imajinasi, Metafora, dan Pemaknaan: Sebuah Pengantar


Pada awalnya imajinasi hanya milik Tuhan. Ia ciptakan seluruh mahluk dan memberi metafora-metafora atas mahluk-mahluk tersebut. Ya, makna awal metafora adalah penamaan. Ketika Tuhan menamai mahluknya, pada saat itulah Ia sedang bermetafora. Tuhan mengajari Adam untuk mengingat metafora-metafora tersebut. Sejak itulah bahasa menjadi familiar di kalangan manusia. Penamaan digunakan untuk meringkas semesta menjadi lebih mudah dibawa kemana pun kita berada. Bahasa telah membebaskan manusia dari kungkungan benda fisik dan merangkum hal-hal tidak ada menjadi ada. Dengan bahasa kita tidak perlu membawa “binatang berkumis, berkaki empat, berbulu indah, penyuka ikan,dll” untuk mewakili kata kucing. Cukup dengan mengatakan “kucing” konsep tentang “binatang berkumis, berkaki empat, berbulu indah, penyuka ikan,dll” telah muncul di benak kita. Bahasa menjadi gambaran dunia. Pada tahap ini metafora-metafora itu bersifat kognitif, satu nama untuk satu konsep. Kita mengenalnya dengan makna denotatif.

Setelah segala hal telah memiliki makna denotatifnya, Tuhan meminjamkan hak berimajinasinya kepada penyair. Dalam bersastra penyair mengubah realitas objektif menjadi realitas baru sesuai dengan latarbelakang penciptaan karyanya. Penyair memciptakan metafora-metafora baru atas sesuatu yang kita kenal dengan makna konotatif. Di satu sisi, dalam bersyair, ilmu tentang metafora adalah ilmu tentang dusta. Hal-hal yang denotatif dikemas menjadi bentuk-bentuk lain yang konotatif. Dimensi yang disajikan sangat berkaitan dengan emosi penyair yang kerap sangat jauh dari makna denotatifnya. Di sisi lain, ilmu tentang metafora adalah ilmu tentang ketahupersisan seseorang tentang sesuatu yang ia metaforkan.

Setelah lahir, karya sastra adalah realitas baru yang diciptakan oleh penyair. Menurut Barthes, setelah sebuah karya dilahirkan, penyair telah mati. Karya sastra bersifat otonom, berdiri sendiri, dan bebas dimaknai dengan cara apapun oleh siapapun tanpa campur tangan penyairnya. Lebih ekstrim lagi, menurut Derrida, karya sastra adalah realitas baru yang bebas dibaca dan diinterpretasi dengan cara yang baru, tidak dari tafsiran baku (kanon atau center) tetapi mulai dari pinggiran termasuk catatan kaki, tanda baca, dan aporia. Dengan demikian apresiasi dan pemaknaan terhadap karya sastra akan terus berputar produktif tanpa henti.

Imaji Visual

Berdasar pada pendapat dua tokoh inilah saya memberanikan diri memilih, memaknai, dan menciptakan imaji visual baru dari beberapa sajak Toffan Ariefiadi. Polanya berlawanan dengan alur imaji di atas. Normalnya kata dihasilkan dari realitas visual. Namun, sebaliknya imaji visual ini tercipta dari kata-kata yang terdapat dalam sajak. Menciptakan imaji visual dari sebuah sajak berarti sedang memperjelas sajak tersebut. Simbol-simbol yang muncul memarkahi sajak agar lebih terang.

Setelah dibaca ternyata tidak semua sajak Toffan memiliki imaji visual. Lebih tepatnya, tidak semua sajaknya dapat saya terjemahkan ke dalam gambar. Mungkin karena kepekaan saya menangkap imaji sudah mulai tumpul kini. Berikut narasi imaji visual sajak Toffan Ariefiadi.









Hujan adalah kata-kata yang mencair karena rindu
Berjatuhan ia dari langit mata
Sebutir mengalir, lalu sebutir mengalir,
Ke hatimu yang samudera

Tersesat –










: Ge

di kamus
aku adalah ejaan yang terjalin
dari ramping huruf-hurufmu
lama mengendap di lembarlembar bisu
menyesap sesak harum rindu yang dinanak dengan tungku waktu dan jarak

- Di Kamus Kita Adalah Sepasang Lema





Rindu ialah pagi yang seketika menjadi simfoni
dari sulur-sulur beringin dan rerimbun dedaun jati
yang kelak akan kau kenang sebagai penunjuk arah
pulang agar taktersesat di sebuah simpang

Sejumlah Bait Rindu-







Semoga taklama lagi kujumpa engkau yang cahaya
Semoga aku-engkau adalah pelangi
Yang terhubung dalam beberapa larik warna

Semoga, Tuhan

Tersesat-








Mereka tahu hati siapa yang sedang cemas
Mereka paham benak siapa telah kebas
Berhari meredam deru yang menebar bekas
Rindu merapal doa agar lekas menetas


Malam Yang Demikian, Laut Yang Mendebarkan –








Kuarungi saja laut yang mendebarkan
Perahuku tersesat di tengah topan
Mendadak aku menjadi pelaut bimbang
Gerak jarum kompasku centang perentang
Mabuk kepayang oleh gamang pertanyaan

- Malam Yang Demikian, Laut Yang Mendebarkan








Tiada lebih kucintai selain engkau
Yang tertidur dengan senyum merah jambu
Rindu yang kau tanam pada ladang-ladang perjalanan
Kini telah matang di suatu senja yang temaram

Engkau Yang Tertidur dengan Senyum Merah Jambu-









: Isya
TELAH kukayuh
Perahu sampai jauh
hingga ke entah laut lelah kutempuh
Alangkah rindu kutambatkan sauh
Merapat dan berlabuh

Di hatimu, O, dermaga yang teduh

- Sajak Kecil Tentang Nelayan yang Rindu Kepada Dermaga





Gambar-gambar ini tercipta berdasarkan pemaknaan saya dengan support photografer keren yang amat sangat mencintai saya, Teh Nina a.k.a siriusbintang. Pemaknaanya masih sangat permukaan. Mungkin juga masih ada gambar yang meleset dari makna terdalam sajak-sajak ini. Untuk yang tidak sepakat, mari kita bersepakat untuk tidak sepakat. Silakan ciptakan imaji visual sendiri agar apresiasi terhadap sajak semakin banyak ^^8




*Jazakillah Teh Nina. Motret makro di pasir itu memang tidak mudah, dan teteh melakukannya buat aku. Semoga dimudahkan segala urusan. Aamiin. ^^


** Buat Toffan, jazakallah udah minjemin puisinya buat tugas Penciptaan ^^8




12 komentar:

rifi zahra mengatakan...

wah! :)

Farid Asbani mengatakan...

wah, kereeen...

Salman Rafan Ghazi mengatakan...

Hehe.. Suka!

JazakumulLaah duo nin. =)

Nina Agustina mengatakan...

Terima kasih kembali neng linda yang sangat mencintaiku juga..ahahaha.aku mau kirim foto WS kamana yeuh?? biar dapat 250rebu :))

Nina Agustina mengatakan...

waiyakum..aku suka puisi-puisi nyaaa...

Linda Shabrina mengatakan...

wah juga ^^

Linda Shabrina mengatakan...

Teh Nina yang potret ^^b

Linda Shabrina mengatakan...

AlhamdulilLah. Dosenku juga suka ternyata ^^

aamiin. waiyyakum.

Linda Shabrina mengatakan...

kita memang saling mencintai #Apadeh

kirim ka langitshabrina[at]gmail.com yah.. sama foto yang capucino oge nya.. siap2 makan besar lagi ^^8

Nina Agustina mengatakan...

wkwkwkw..okeh deeeh

Alhamdulillah klo dosenmu suka :D

Linda Shabrina mengatakan...

harus nambah 2 gambar lagi. udah ada siy.. tapi masih buntu. lupa dari puisi yang mana (__")

Nina Agustina mengatakan...

yang ada mataharinya tea gening..

Posting Komentar